Mohon tunggu...
sofiaassof
sofiaassof Mohon Tunggu... Penulis - rindumu

find me on ig @sofiaassof

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Yang Sedang Patah Hati

12 Mei 2020   17:24 Diperbarui: 13 Mei 2020   00:33 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku pernah patah.. aku dipatahkan tanpa disengaja. Aku pernah sakit.. aku disakiti tanpa dirakit.

Masih patah di sini.. patah yg tidak berkesudahan dan menjadi semakin sakit yang melebihi rasa sakit itu sendiri.

Kenapa aku patah? Kenapa aku sakit?

Karena aku benar-benar dipaksa pergi dan berhenti peduli

Lalu mengapa aku masih bertahan? Aku akan balik bertanya, "apa bisa kita berpura-pura meninggalkan separuh dari diri kita sendiri?"

Lalu siapa yang hendak kau salahkan? Diri ini? Dirinya? Atau cinta?

Tunggu dulu.. cinta tidak salah. Tidak ada cinta yang salah. Cinta itu kasih. Apapun yang mengenai cinta pasti akan sangatlah murni.

Sekarang, bagaimana jika cinta kita saling ada, saling satu tapi kita saling meniadakan? Bagiku ini lebih rumit. Kita dipaksa untuk pergi padahal hati tak ingin. Kita dipaksa untuk saling menyakiti padahal hati saling mencintai. Kita dipaksa menggantikan posisi padahal hati masih ada dia yang tersimpan rapi.

Bagaimana nasib kita? Siapa yang tau? Sesak sekali saat aku mendengarnya. Mendengar suara yang tidak bisa didengarkan lagi suatu hari nanti. Tidak bisa melihat wajahnya dengan bebas saat sedang bergelut rindu. Tidak bisa mengeluh lagi kepada dia yang selalu pandai menyemangati. Lebih menyiksanya lagi, sudah tidak bisa saling membahagiakan. Bahagia itu seketika lenyap tiada yang menahan. Lalu luka datang membawa seisi alasan untuk tetap meninggalkan. Lengkap sudah penderitaan tanpa secuil kebahagiaan. Turun sudah kepala ini menunduk bersedih tiada henti.

Dunia seketika mengerti keadaan. Mentari mengalah dan pergi yang tak lama digantikan mendung menghujani bumi dan hati. Sekejap waktu berhenti sekedar untuk mengingatkan bahwa diri ini sudah kalah dengan keadaan. Diri ini bisa memenangkan kisah orang lain tapi tidak untuk kisahnya sendiri. Bagaimana mungkin? Begitu lucu dunia ini dengan drama perasaan yang terus kalut dan condong pada dirinya yang sudah tak lagi sama. Dirinya dan diriku yang benar-benar memaksa berhenti mencintai dan memusnahkan rasa ingin saling memiliki.

Sakit ya? Seberapa sakit? Sangat ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun