Mohon tunggu...
Farzana
Farzana Mohon Tunggu... Wiraswasta - A Writer, A Counselor

Ditulis aja dulu, sempurnanya belakangan. Instagram, Twitter : @sofiafarzanah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Riuh Isu Gender dan Kekhawatiran Masyarakat

22 Januari 2021   10:15 Diperbarui: 22 Januari 2021   10:31 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pon.harvard.edu

Kesetaraan gender terkadang mengalami multitafsir terlebih perihal mendefinisikan identitas. 

Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan menurut fungsi reproduksi sebetulnya tidak dijadikan masalah vital, yang disoroti dari belum meratanya peran perempuan.
Peran perempuan di masyarakat belum begitu diperhatikan, umumnya perempuan dilihat secara fisik, kedudukan dan status sosial menyebabkan perempuan dalam budaya patriarki dikenal sebagai manusia nomor dua. Sebagaimana dikutip dari jurnal, Peran-Peran Perempuan dalam Masyarakat, Peran perempuan cukup beragam dinilai dari pekerjaan produktif langsung dan tidak langsung, seperti ; Peran Tradisi (yakni fungsi reproduksi dan hidup untuk keluarga), Peran Transisi (eksistensi keharmonisan tetap tanggungjawab perempuan), Dwiperan (perempuan dalam dua dunia, baik peran domestik maupun publik), Peran Egalitarian (yakni menyita waktu perempuan berkegiatan diluar dan Peran Kontemporer yang merupakan dampak pilihan perempuan untuk mandiri dalam kesendirian.


Pembagian tugas tersebut sejak lama merambat ke beragam sektor kehidupan, sehingga tak khayal perempuan dipandang lebih rendah bahkan lemah dibanding laki laki. Anggapan dan prasangka tersebut umunya tidak mampu didefinisikan, padahal prasangka atau penilaian negatif pada gender, sebagaimana dikutip dari wikipedia dinamai dengan Seksisme. Meskipun istilah tersebut tidak begitu eksis namun tanpa disadari sering dilakukan, anggapan yang sama dengan definisi kekerasan verbal.


Dikutip dari jurnal Penguatan Hak Asasi Perempuan dan Kesetaraan Gender melalui dialog warga, Menyinggung pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia sering terjadi akibat adanya tindak kekerasan, penganiayaan dan perlakuan tidak adil sehingga meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak juga disebabkan salahsatunya dari rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat serta belum meratanya pemahaman akan kesetaraan gender.
Hidup di negara majemuk dengan keyakinan, suku dan budaya yang berbeda memang bukan hal mudah. Diskriminasi, kekerasan, dan intoleransi rasanya masih saja dinilai wajar. Belakangan ini kesetaraan gender ikut dinilai telah mengingkari peran dan fungsi ilmiah antara laki-laki dan perempuan, juga anggapan akan tindakan melampaui esensi fitrah kemanusiaan, sehingga tidak sedikit masyarakat yang menolak gerakan feminis tersebut.

Seperti yang sering di angkat dalam masalah ini adalah QS. Annisa Ayat 34;
    (Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita). Penafsiran ini selalu mentok dan menjadi bahan perdebatan. Beberapa pemikiran yang menolak isu gender khawatir akan kebebasan yang tak terhingga diberikan pada perempuan seperti diberikan amanah mengemban jabatan sektoral, memimpin organisasi dan lainnya dikhawatirkan lalai dan melupakan tugas dan peran lahiriahnya sebagai istri, ibu dan tanggungjawab di rumah tangga. Isu gender menjadi sangat menarik dan menimbulkan banyak pendapat.


Allah S.w.t tidak pernah sekalipun merendahkan salah satu gender. Laki-laki memiliki peran dan tanggungjawab sebagai sandaran dan memimpin keluarganya, juga diberikan kemampuan dan kewajiban untuk menafkahi dan berani melindungi. Peran serta seorang perempuan dalam membantu kedudukan ekonomi sekalipun, Islam telah memberikan hak untuk perempuan bekerja, mengurus keuangan, aset juga hak warisnya. Islam melalui Rasulullah dan Al-Quran begitu lengkap memberikan arahan dan ajaran untuk semua umat manusia, sehingga sudah sepatutnya antara laki-laki dan perempuan saling mendukung dan memberikan kenyamanan. Bahkan Al-Quran berulang kali menyebutkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam kedudukan rohani.
"Dan barangsiapa mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki atau pun perempuan, dan ia seorang mukmin, maka mereka itu akan masuk surga." (QS An-Nisa [4]: 125)


Sangat tepat untuk menyatakan bahwa Islam telah memberikan hak -- hak kepada perempuan tak tertandingi dalam sejarah perempuan. Bukan hanya kesetaraan dalam hal rohani atau beribadah, sektor pendidikan, sosial dan ekonomi dan lainnya menjadi ruang terbuka untuk perempuan dan laki-laki yang ingin berkontribusi membangun negara, mengangkat derajat keluarga bahkan mencerdaskan generasi.

Sangat teduh rasanya jika membaca, mendengar dan melihat perdamaian di negeri pertiwi ini.


Penulis izin memberi kalimat penutup yang dibuat pada 2016, Selama perempuan menjadi obyek, orang hanya melihat kelemahannya. Perempuan adalah subyek, ia mulia, istimewa, terhormat, sumber kekuatan dan keindahan. Perbedaan ialah kodrat, dari ketangguhan dan keelokannya, perdamaian akan tercipta." Sofia Farzanah

Sumber:
Ahdiah, Indah. 2013, Peran-Peran Perempuan dalam Masyarakat; Jurnal Academica Fisip Untad; VOL.05 No. 02 Oktober 2013
Anila Umriana,dkk. 2016; Penguatan Hak Asasi Perempuan dan Kesetaraan Gender Melalui Dialog Warga ; Jurnal SAWWA Volume 12, Nomor 1, Oktober 2016.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun