Mohon tunggu...
Farzana
Farzana Mohon Tunggu... Wiraswasta - A Writer, A Counselor

Ditulis aja dulu, sempurnanya belakangan. Instagram, Twitter : @sofiafarzanah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dibalik Narasi Revolusi Akhlak dan Urgensi Revolusi Akbar melalui Rasulullah SAW

25 November 2020   11:20 Diperbarui: 25 November 2020   12:22 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perbincangan hangat soal beragam gerakan untuk perubahan sudah menjadi konsumsi obrolan saat ngopi. Khalayak ramai menilai ibu pertiwi butuh dukungan untuk maju sehingga dinilai perjuangan perlu diteruskan. Namun, pada masa ini rasanya begitu arogan jika masih berjuang dibalik emosi, amarah maupun perebutan hak asasi demi posisi. Heroik Memang, namun lagi-lagi perdebatan soal gagasan perubahan rupanya tak jua menemukan ujung atau hanya perebutan panggung?

Gagasan yang digaungkan lingkaran pemerintahan saat ini ialah Revolusi mental, yakni menjadi manusia berintegritas, mau bekerja keras dan punya semangat gotong royong. Rupanya terinspirasi dari Sang proklamator kita Ir. Soekarno yaitu revolusi fisik dan mental nasional pasca kolonial untuk meraih kemerdekaan belum tercapai secara penuh. Revolusi mental pun dinilai sebagai salah satu cara membangun jiwa bangsa bukan hanya kesadaran akan cinta tanah air.

Beralih ke gagasan revolusi akhlak yang sedang viral. Narasi dibangun terdengar baik. Namun, gerakan yang konon dikemas dari ketidaksejalannya suara rakyat dengan pemerintah atau didasari unsur politik ini mengandung ajakan perlawanan. Masyarakat seolah dibuat penasaran dengan bentuk perubahan yang mana belum lama ini terlihat lebih banyak aksi demonstrasi perkumpulan massa dari pada menampilkan poin-poin revolusi. Jadi sebetulnya kearah mana kampanye ini tertuju?

Beralih sejenak dari hiruk pikuk topik sosial media. Dunia nampaknya semakin penuh akan beragam fenomena. Degradasi moral atau kemunduran akhlak muncul saat nilai rohani di campakkan demi dorongan hawa nafsu. Rasa-rasanya dibutuhkan bukan lagi Revolusi mental, akhlak namun Revolusi Akbar, yang pula meliputi revolusi akal dan cinta pun seluruh aspek kehidupan manusia. Revolusi Akbar yang dibawa Rasulullah SAW demikian efektif sehingga menarik ratusan ribu hati manusia kepada kebenaran.  “Dengan kata lain, beliau itu telah merubah binatang-binatang liar menjadi manusia untuk kemudian menjadikan mereka sebagai manusia terdidik, lalu merubah mereka menjadi hamba-hamba Allah swt serta meniupkan kerohanian ke dalam diri mereka guna menciptakan hubungan antara mereka dengan Tuhan yang Maha Benar.” (Khutbah Sialkot berjudul ‘Islam,’ Sialkot, Mufid Aam Press, 1904; Rohani Khazain, vol. 20, hal. 206-207 London, 1984).

Rasulullah SAW berhasil membawa ratusan ribu orang beralih kepada jalan yang lurus dan Ketauhidan Ilahi. Revolusi total yang dilakukan beliau adalah perubahan yang sempurna sehingga mampu menuntun sifat atau tingkatan jiwa umatnya dari hewaniah menjadi manusia seutuhnya.

Ternyata Ajaran Rasulullah untuk melakukan pencegahan degradasi moral juga revolusi akbar ini meliputi beberapa poin yang tentu harus dimulai dari individu. Pertama yaitu, memelihara akhlak individu, memanifestasikan dalam kehidupan akan keyakinan pada Tauhid Ilahi dan kebencian terhadap syirik. Mengetahui kelemahan juga kekuatan, potensi berbuat baik dan kecenderungan melakukan hal yang tidak baik. Kesadaran mengenal diri laksana melihat diri pada cermin muhasabah adalah penting untuk evaluasi. Langkah kedua menunaikan kewajibannya terhadap kedua orang tua, diupayakan adanya usaha untuk membalas cinta kasih mereka meski dalam keadaan terhimpit, senantiasa lemah lembut dan murah hati. Point ketiga adalah Humanisme dan toleransi terhadap sesama, juga dapat menunaikan kewajibannya terhadap sanak saudara, fakir miskin dan musafir dan pembelanjaan harta kekayaannya secara tepat.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al Maidah : Ayat 104)

Rasulullah mengajarkan menghindari perbuatan keji dan mungkar dengan cinta kasih terhadap sesama manusia. Selayaknya definisi cinta, menjadi pemaaf dan ramah adalah hakikat. Bersikap baik meski tidak memungkinkan adalah jihad atau upaya revolusi akbar dari dalam individu manusia, hingga menciptakan kedamaian dan keindahan di seluruh penjuru dunia. Kerinduan akan harmonisasi negri ini bak hangatnya menatap lembayung dipenghujung senja, lagi-lagi harapan berada pada puncaknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun