Mohon tunggu...
Sofia Akmalunnisa
Sofia Akmalunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

simpel aja, yang penting bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena "Ngopi" yang Berujung Konsumtif

8 September 2022   21:20 Diperbarui: 8 September 2022   21:38 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rupanya banyak sekali masyarakat Indonesia kerap menghabiskan waktunya di cafe untuk hanya sekadar menghibur diri. Entah untuk bertemu teman, atau hanya sekadar nongkrong, atau hanya gemar menghirup aroma kopi yang membuat otak berfungsi dua kali lipat dibanding di tempat lain. Seperti trendngopi” yang pada saat ini tidak hanya dilakukan oleh kaum bapak-bapak, yang hanya tinggal diseduhkan dengan air panas dan gorengan yang tersedia membuat mood menjadi semakin baik.

Lain generasi lain pula ceritanya, berbeda dengan zaman dulu. Kini kawula muda terkhsusus kepada mahasiswa kerap menghabiskan sebagian waktunya walau hanya untuk mengerjakan tugas kuliah, mereka berasumsi bahwa dengan melakukan aktivitas produktif di “coffe shop” akan membuat mereka lebih mudah konsentrasi.

Hal ini kemudian diikuti dengan perkembangan zaman yang kemudian menjadi gaya hidup sebagian masyarakat, namun tidak dapat dipungkiri bahwa jika hal ini menjadi kebiasaan maka fenomena ini dapat dikatakan sebagai budaya konsumtif, budaya yang mengonsumsi segala bentuk perubahan termasuk gaya hidup yang menjadikan penggunanya semakin kecanduan.

Banyak sekali fenomena “ngopi” yang setiap harinya dapat disaksikan di Surabaya, terutama pada malam hari . Coffe shop pun semakin menjamur, tidak jarang kita menemukan pemuda-pemudi yang hanya mengonsumsi untuk hanya sekadar pengakuan atau supaya untuk di terima di lingkungannya. Ini dilakukan terus menerus supaya eksitensi anak muda yang memiliki kebiasaan “ngopi” di Coffe Shop memberikan kesan yang kurang positif sehingga banyak sekali yang meniru kebiasaan ini.

Bukan pada kopinya kami menekankan, bahwa sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari masih banyak skala prioritas supaya tidak terbawa arus ketika sudah terjun di kehidupan kebiasaan masyarakat.

Hal negatif yang akan di rasakan teman-teman yang sering menghabiskan waktu hanya untuk gengsi, yaitu

  1. Kehilangan jati diri

Kehilangan jati diri merupakan musibah bagi sebagian besar anak muda, mereka perlu tahu bahwa dunia itu keras. Jika hanya menuruti gengsi, maka jati diri anak muda tidak akan terbentuk, dan anak muda pun kian mengikuti hal di luar batas.

  1. Sulit selektif

Selektif dalam memilih lingkaran pertemanan yang luas, dalam arti sulit untuk memilih teman yang membawa dampak yang positif sehingga anak muda sering terjebak dalam lingkaran pertemanan yang kurang sehat.

  1. Mudah tergerus dampak negatif

Ironisnya, kamu yang hanya menuruti gengsi tidak akan sadar bahwa lingkunganmu yang membuatmu dengan mudahnya mengikuti hal yang tidak seharusnya dilakukan.

  1. Waktu mu akan terbuang sia-sia

Memperbanyak melakukan hal yang berkaitan dengan gengsi selalu membuat waktumu tak memiliki arti. Apapun yang kamu lakukan hanya akan menambah beban diri sendiri dan orang lain pun tidak ada yang peduli dengan hal itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun