Johannes Baptista Sumarlin atau yang akrab dipanggil JB. Sumarlin lahir di Blitar pada tanggal 7 Desember 1932 dari pernikahan bapak Sapoean Pawirodikromo dan ibu Karmilah yang adalah seorang buruh tani dan memiliki kakek dari ibu Karmilah yang bernama Toedjo Towinangoen. Beliau merupakan seorang petani yang memiliki sawah dan lahan yang sangat luas di Desa Ngadirejo. Memiliki riwayat pendidikan dengan gelar sarjana S1 Ekomomi di Universitas Indonesia pada tahun 1958. Kemudian melanjutkan studi S2 di Universitas California Amerika Serikat dan mendapatkan gelar Master of Arts (M.A) pada tahun 1960. Sampai pada tahun 1968 melanjutkan S3 di Universitas Pittsburg Amerika Serikat dengan gelar doktor Ph.D. J.B Sumarlin bekerja sebagai dosen di Fakultas Ekonomi dan pernah menjajaki dunia pekerjaan di sebuah perusahaan industri di Jakarta dan ketika di masa Revolusi fisik memiliki peran dan bergerilya sebagai anggota Palang Merah Indonesia dan sebagai anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia) di Jawa Timur.
Seperti yang telah diketahui masyarakat publik, sosok Sumarlin memang memiliki banyak peran di Indonesia. Beliau merupakan sosok yang profesional berintegritas, tegas dan sangat santun, tidak pernah mau berkompromi tentang apapun yang berbau hal-hal prinsip. Sumarlin dikenal sebagai kepala Lembaga Negara yang penting seperti BPK. Selama 27 tahun lamanya, beliau menduduki kabinet Presiden Soeharto dan menjadi salah satu arsitek ekonomi terhebat di era Orde Baru. Beliau juga berperan menjadi dosen ekonomi di Universitas Indonesia.
Pada tanggal 2 November 2016 beliau mendapatkan penghargaan Wirakarya Adhitama dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Indonesia (FEB-UI). Bagi UI khususnya FEB, penghargaan yang didapatkan Sumarlin merupakan penghargaan yang langka dan jika diibaratkan seperti “Piala Oscar”. Sumarlin sangat pantas pendapatkan penghargaan Wirakarya Adhitama tersebut karena telah menjadi sosok teladan yang tak pernah berhenti berkarya bagi negara dan pendidikan, juga bagi bidang industri.
Tak hanya itu, penghargaan bergengsi lainnya juga didapat oleh Sumarlin di tahun 1973 beliau melahirkan Penghargaan Bintang Mahaputra Adiprana III dan Penghargaan Bintang Groot kruis in de Orde van Leopold II yang diberikan oleh pemerintah Belgia di tahun 1975. Sebagai tokoh Katolik yang menjabat sebagai menteri selama kurang lebih 2 abad, Sumarlin merupakan salah satu dari dua tokoh yang menjadi “pembawa bendera Katolik” melalui karya-karya dan teladannya sehingga pernah menjabat sebagai Menteri PAN, Bappenas, P dan K (ad interim), Menteri Keuangan, Kepala BPK, dan Ketua Dewan Moneter RI.
Beliau tutup usia pada hari kamis tanggal 6 Februari 2020 jatuh di usianya yang ke 87 tahun. Beliau meninggal di Rumah Sakit Carolus Jakarta setelah lima hari dirawat dan rencana dimakamkan di San Diego Hill persis disamping makam mendiang sang istri. Sosok J.B Sumarlin dikenal sebagai tokoh Katolik generasi emas di dalam Gereja. Menjelang meninggalanya J.B Sumarlin, seluruh gereja Katolik merayakan ibadah misa hari minggu biasa yang ke-5 dan suatu kebetulan bahwa kothbah yang dibacakan pemazmur memang tepat seperti hidup yang dijalani Sumarlin semasa hidupnya dalam Mazmur 112:4 yang bunyinya “Bagi orang benar Tuhan bercahaya laksana lampu didalam gulita.” Sumarlin merupakan umat beriman dan orang benar dalam kehidupan gereja.