Cerpen  | *Anomali di Antara Kabut & Guguran Lava Pijar*
DikToko
(Soetiyastoko)
Adakah telah bermanfaat, saat bersama turun dari mobil offroad tua, lalu berjalan menuju hijaunya tenda besar ?
Pagi itu dingin menyergap, lelehan merah membara  perlahan menuruni  sisi terjal. Kabut tebal menutupi pandangan di lereng gunung, kecuali lava panas itu. Terlihat dari posko pengungsian bencana alam.
Pohon-pohon pinus berdiri tegak seperti penjaga bisu, menyaksikan hiruk-pikuk manusia yang sedang berusaha bertahan dari rasa dingin dan lapar.
Di antara tenda-tenda darurat dan suara generator yang berderu pelan, lima sosok wanita berkumpul.
Tinne, Wati, Lieke, Yessy, dan Herlyan, kini teronggok dipeluk lelah. Mereka duduk melingkar di dalam sebuah tenda.
Wajah mereka kuyu, namun obrolan ringan mereka menggambarkan keteguhan hati. Menyuarakan semangat.
"Apa aku salah masuk ke dunia kerja bakti ini?" Tinne membuka percakapan dengan nada bercanda. Ia melirik dus-dus logistik yang sedang disortir oleh Yessy.
"Aku pikir jadi relawan itu cuma soal angkat barang dan kasih senyum, tapi ternyata..." Ia menunjuk tangannya yang memar karena memindahkan kayu berat sehari sebelumnya.
"Tinne, kau belum tahu, kan, tugas relawan ini macam ujian ketahanan mental,"