Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Modal atau Ide, Mana yang Lebih Penting?

25 November 2021   02:40 Diperbarui: 25 November 2021   02:42 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam seminar-seminar tentang kewiraswataan atau enterprenurship, judul di atas sering diperdebatkan.

Paling banyak, biasanya berpendapat bahwa modal adalah paling penting. Sedangkan ide, bisa meniru yang sudah ada. Ditambah perbaikan dalam pelaksanaannya.

Ada yang berpendapat, bahwa yang paling penting menguasai menejemen yang dibutuhkan, dan, terampil atau bisa atau menguasai ilmu, tentang bidang yang akan dijadikan usaha.

Sementara itu banyak orang sukses mendirikan usaha bengkel motor, misalnya. Tanpa mengerti bagaimana memperbaiki mesin sepeda motor. Dia bisa mempekerjakan montir. Tanpa punya modal, tetapi dia mampu mendapatkan order perbaikan dari banyak pihak.

Dengan kata lain dia punya relasi. Mampu membangun hubungan baik dan dipercaya. Dia mampu membaca peluang dan dikerjakanya dengan baik. Dia pengelola, menejer.

Hanya sedikit yang percaya bahwa ide-lah yang terpenting. Ide itu dijabarkan dalam proposal yang rinci. Sebagai rencana usaha, lengkap dengan rencana A, dan dilengkapi rencana B dan C, sebagai cadangan, untuk mengatasi atau alternatif bila ada kendala, saat dilaksanakan.

Mereka menunjukan bukti, bahwa usaha-usaha yang tumbuh pesat dan "mendunia"; adalah yang dimulai dari ide orisinal.

Pendapat di atas, ada yang membantah, dengan menyebut contoh, jaringan penjual ayam goreng dan jaringan penjual burger yang mendunia. Lalu ada yang membantah, bahwa produknya biasa saja. Tidak ada istimewanya.

Disisi lain, mereka benar, bahwa mereka punya ide pemasaran yang berbeda, pada saat itu, bisa disebut orisinal.

Saat ini, dalam pandemi, memang kondisinya tidak terlalu mendukung untuk bekerja di swasta atau pun usaha sendiri.

Namun kita semua dapat menyaksikan, bahkan terlibat sebagai konsumen. Industri masker dan sanitaiser termasuk antiseptik, vitamin, jasa tes Antigen dan PCR meningkat pesat pasarnya. Begitu juga penjualan dalam jaringan/online shop.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun