Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kesabaran Itu Mudah Diobrolkan

10 November 2021   08:27 Diperbarui: 10 November 2021   08:29 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Petani pun rugi, biaya panen dan tanam tidak pernah turun, beda dengan hasil pertanian yang turun naik sesuka hati.
Akhirnya tomat dan cabai itu dibiarkan membusuk di kebun. Agar tidak semakin rugi. Ironis. Memang faktanya seperti itu.

Paragraf di atas sekedar analogi tentang banyaknya informasi, seputar manfaat sholat dan sabar. "Sarana" bagi manusia untuk mendapat pertolongan Allah. Sangat umum diketahui, semakin jarang yang bersungguh-sungguh menyadari maknanya.

Heran. Pembaca juga herankah ?

Tapi  nyatanya itulah yang lebih sering terjadi. Waktu dipanggil, harus "menghadapNya" secara formal-resmi, diwaktu yang telah dijadwalkan, sering ditunda bahkan di-abaikan.

Waktu yang disediakan untuk "bicara dari hati kehati", secara informal -sholat sunat- pun tidak dimanfaatkan.

Mengapa hal-hal seperti di atas bisa terjadi ? Apa, Bro & Bray penyebabnya ?

Tepat, jawaban-mu Bray !

Benar, karena tidak sabar. Tidak sabar atas sesuatu yang menimpa diri. Sesuatu yang tidak kita sukai.

Tidak hanya itu, ....

Tetapi juga tidak sabar terhadap hal-hal yang kalian inginkan, yang kalian perjuangkan. Tidak kunjung terkabul atau tercapai.

Pada kondisi itu, banyak manusia, meninggalkan syariat. Justru melakukan maksiat. Menempuh jalan pintas, mengabaikan proses. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun