Soetiyastoko
Andai pun rumahmu lima langkah dari tempat maksiat, jika hatimu teguh, niatmu kuat. Kau tak akan beranjak kesana. Tak akan pernah tertarik untuk melakukannya.
Demikian juga saat rumahmu satu dinding dengan rumah ibadah, jika hatimu hitam-gelap. Tak akan pernah dirimu memasukinya dan berdoa.
Para sepuh, bijak bestari berpesan, makanlah sesuatu yang baik, dalam arti halal. Agar mata hatimu tidak tertutup tabir. Agar tubuhmu dapat mendengar suara hatimu. Agar hidayah dariNya, mewarnai tingkah lakumu.
Ingat, setiap sikap, prilaku dan tindakanmu, tidak hanya berkonsekuensi dunia, tetapi juga di akhirat.
Banyak di antara manusia yang berusaha dengan segala cara menjauh, menghindar dari jerat hukuman di dunia. Namun jarang yang bersungguh-sungguh  berusaha lari dari jerat hukuman siksa-pedih di akhirat nanti.
Padahal kita sudah banyak membaca dan mendengar, bahwa hukuman di akhirat pasti jauh lebih berat dan tidak ada batas waktunya.
Sedangkan hukuman kurungan fisik di dunia, waktunya tertentu. Masih ada peluang kembali bebas. Keluar dari penjara.
Hal ini bisa dilihat dari banyak nya orang yang tidak mau menjalankan perintah Agama. Tidak sedikit, orang yang gemar melakukan hal-hal maksiat. Sesuatu perbuatan yang dilarangNya.
Andai saja kita benar-benar yakin bahwa ada kehidupan, sesudah kita mati. Tentu tidak akan melakukan hal-hal yang pasti berakibat dihukum.
Bukan karena, jika tidak melaksanakan agama, di dunia, tidak ada hukumannya. Hukumannya nanti, dianggap masih jauh. Di akhirat.
Lalu berani meninggalkan ketentuanNya. Berani melanggar perintah Sang Pencipta.