Mohon tunggu...
Soesi Sastro
Soesi Sastro Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Sosial dan Lingkungan

The secret of change is to focus all energy not on fighting the OLD but on building the NEW

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kita Bisa Pilih Teman, Tetapi Tidak Tetangga

18 Oktober 2015   17:37 Diperbarui: 18 Oktober 2015   18:55 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 Hidup di kota besar atau perkotaan tentu beda dengan hidup di perdesaan. Di kota besar seperti Jakarta, Bandung, sampai di pinggir-pinggiran kotanya kehidupan mulai bergerak kepada kehidupan individualistik.

Irama kerja kantoran yang keras, inefisien dan pemborosan waktu perjalanan dari rumah ke kantor setiap hari yang cukup melelahkan. Tol yang macet, kereta api yang berdesak-desak, angkutan kota yang pengap, melelahkan dan tidak on time seperti transportasi di Eropa misalnya adalah biang kehidupan yang tak nyaman.

Sementara MRT dan LRT masih dalam pengerjaan dan tentu semua orang berdoa agar diberikan kelancaran penyelesaiannya. Belum lagi kalau tiba-tiba ada huru hara dijalanan akibat demo, tawuran atau bahkan kalau ada banjir tahunan. Semua melelahkan pasti. Enak di rumah kalau libur, begitu barangkali.

Belum tentu juga enak di rumah. Bagi warga yang tinggal di apartemen-apartemen kelas kolosal, apartemen tingkat menengah, perumahan-perumahan ukuran RSS atau rumah kopel ukuran dibawah luas LB180/LT100 m2 belum tentu di rumah saat liburan itu enak.

Apapun situasinya, hidup di kota besar atau daerah-daerah penyangganya, Sabtu atau Minggu dan hari-hari libur lainnya adalah sangat berharga dan dinanti-nantikan semua orang.

Banyak pilihan bagi yang serba berkecukupan, apakah mereka akan jalan-jalan ke mal, pasar, nonton di bioskop, memancing, makan di restaurant luar kota, ke pantai atau gunung, bersepeda. Atau tetap di rumah menikmati acara bersama keluarga seperti menonton televisi, nyuci mobil, mengurus tanaman, akuarium, memasak, pijet, sampai tidur molor sepanjang hari dengan seksama.

Persoalan tinggal di rumah ternyata tidak sesepele itu. Ketika kita ingin menikmati kenyenyakan dan kemoloran seharian misalnya, bisa saja tiba-tiba dikejutkan suara dag dug dag dug dag dug sepanjang hari dari tembok sebelah. Mungkin tetangga sedang renovasi rumah atau memasang paku-paku karena memang tembok rumah kita jadi satu dengannya. Kalau sehari dua hari ini bisa maklum, tetapi kalau terus menerus bisa runyam, harus menahan perasaan, ini awal kita harus sabar jilid pertama.

Kedua, belum lagi misalnya ada pemabuk atau acara berantem suami isteri di kamar apartemen sebelah, ini juga bakalan mengusik. Meskipun hal ini bisa dilaporkan misalnya tetapi ini juga memerlukan kesabaran jilid dua.

Lain lagi di komplek perumahan, ketika ingin istirahat, tiba-tiba bau menyeruak kotoran binatang piaraan tetangga begitu menyengat. Tidak sehari dua hari tapi terus menerus karena memang itu binatang kesayangan mereka. Bisa apa kita, kecuali kembali harus menahan perasaan, jadilah sabar jilid tiga.

Belum lagi urusan parkir kendaraan yang melintang dijalanan sempit, ini membuat persoalan tersendiri. Inipun kita juga wajib sabar jilid keempat karena memang konsekuensi hidup di komplek yang sempit.

Pernah seorang teman menjual rumahnya di Bandung karena tidak tahan setiap malam sang tetangga menyalakan banyak mobil bersamaan plus ngegas kenceng minta ampun. Ternyata rumahnya dijadikan semacam bengkel.

Keamanan dan kenyamanan jaman sekarang memang mahal harganya. Perlu berjilid-jilid melatih kesabaran. Kita bisa memilih teman tetapi kita tidak bisa memilih tetangga. Jadi baik-baiklah dengan tetangga kita. (SOE/2015)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun