Transportasi di masa modern kini telah menjadi faktor pendukung kehidupan yang penting kedudukannya didalam masyarakat. Perannya dalam menyokong kehidupan masyarakat tidak lagi bisa dipertanyakan. Namun, penerapan sistem transportasi seringkali dianggap remeh di Indonesia. Faktor-faktor yang mendukung sistem transportasi kerap kali diabaikan, termasuk kenyamanan dan keamanan. Semua itu demi menekan jumlah biaya usaha. Namun, apakah ada jalan lain untuk memperoleh untung tanpa pengorbanan semacam itu?
Transportasi, seperti produsen jasa lainnya, tentu punya target pasar. Penyelenggaraan transportasi, terutama urban transport, seharusnya bisa beradaptasi untuk memfasilitasi segmen pasar yang ditarget. Bentuk adaptasi tersebut bisa berupa penyesuaian rute, harga, dan fasilitas. Bentuk adaptasi lainnya yang bisa dilakukan yaitu menentukan karakteristik layanan. Karakteristik layanan harus menyesuaikan dengan segmen pasar yang ingin dijangkau. Misalnya, usaha transportasi yang bertujuan menjangkau pekerja-pekerja kantoran seharusnya bersifat massal dan cepat, serta menghubungkan daerah pemukiman dan perkantoran secara efektif. Lain halnya jika ingin menjangkau mahasiswa. Hal yang perlu dilakukan bisa berupa harga tiket yang murah, nyaman, dan menjangkau daerah-daerah yang relevan dengan kehidupan mahasiswa, seperti tempat tinggal, kampus, dan daerah-daerah yang menyediakan kebutuhan mahasiswa seperti toko buku, hiburan, dan tempat hangout. Dengan begitu, penyelenggaraan layanan bisa berlangsung dengan efektif.
Pasalnya, penyelenggaraan jasa transportasi urban yang berlangsung di Indonesia saat ini belum menyadari perlunya hal ini. Hal ini menyebabkan kurangnya efektivitas pelayanan yang menyebabkan masyarakat kurang berminat menggunakan layanan transportasi umum. Jasa transportasi yang diselenggarakan selama ini cenderung tidak memiliki target pasar yang spesifik. Namun, sudah ada penyelenggara jasa transportasi yang fokus pada hal tertentu, contohnya Trans Jogja. Penyelenggaraan Trans Jogja berfokus pada angkutan penumpang yang baru masuk atau akan keluar dari Yogyakarta. Hal tersebut bisa dilihat pada rute yang mengarah pada tempat-tempat seperti Stasiun Tugu, Bandara Adi Sucipto, dan terminal-terminal bis. Dari fakta tersebut, kita bisa melihat bahwa target pengguna dari Trans Jogja adalah wisatawan.
Tujuan lain dari pembentukan karakteristik ini tidak lain untuk menciptakan efisiensi serta memberikan kepuasan maksimal bagi para pengguna jasanya. Sudah saatnya penyelenggaraan transportasi publik saat ini berorientasi pada kepuasan pelanggan. Dari kepuasan yang diperoleh, maka bisa muncul kepercayaan pelanggan terhadap layanan tersebut. Kepercayaan itulah yang menjadi aset berharga dari setiap perusahaan, termasuk perusahaan penyelenggara jasa transportasi. Dari kepercayaan itu, perusahaan bisa mendulang untung tanpa harus mengorbankan kualitas layanan, terlebih hak penumpang akan keselamatan dan kenyamanan.