Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kontras

7 Maret 2010   01:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:34 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Aku tidak bisa berikanmu permata, kenapa engkau masih bisa bertahan?"

[caption id="attachment_88019" align="alignleft" width="256" caption="Oh.....(Gbr: Google)"][/caption] Pertanyaan itu diberikan oleh seorang lelaki pada kekasihnya di satu ketika, pada suatu jaman entah kapan. Tetapi, perempuan yang sedang berada dalam rengkuhannya itu tetap saja menatap lelaki itu dengan mata penuh cinta. Dari sorot mata indah perempuan itu, tersirat tegas,"aku tidak butuhkan permata, mutiara atau apapun namanya. Aku hanya membutuhkan cinta saja." Perempuan itu hanya luncurkan kalimat-kalimat itu lewat sorot mata. Mungkin karena pengaruh getaran rasa di masing-masing dada kedua insan ini yang begitu kuat, sampai lidah terasa tidak terlalu dibutuhkan lagi untuk mengucapkan semua kata. Untuk mereka bicarakan rasa, bicarakan keyakinan, ketulusan, kepercayaan. Dan, sepanjang sejarah yang telah banyak tertulis di berbagai Kitab Cinta. Ketika cinta itu sudah begitu kuat, erat dan terus lekat kendati berbagai macam cobaan terjadi. Cinta itu bisa berikan banyak sekali permata yang dititipkan Tuhan lewat malaikatnya. Berbeda halnya dengan beberapa anak manusia yang menyebut cinta tetapi menujukan matanya pada permata. Justru kelak mereka lebih sering berenang di samudera yang ternyata berawal dari genangan airmata yang keluar dari sorot mata dusta. Uhm, Aku hanya ingin katakan:"aku kagum pada mereka yang selalu jujur dalam cinta." Dan, aku juga membanggakan kekasihku karena alasan kejujurannya. Kado Ultah untuk Bidadari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun