Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Inilah Surat Permintaan Maaf Afriyani. Haruskah Kebencian Itu Berlanjut?

27 Januari 2012   05:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:24 2574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1327642519319302953

Berawal dari membuka-buka Kompas Forum, saya mendapati postingan salah satu member bernama Kleirin di forum tersebut dengan tajuk: Inilah Surat Permintaan Maaf Afriyani Susanti Selengkapnya. Sampai kemudian saya menyimpan di folder laptop saya---sedikit berdosa, karena tidak minta izin dari si empunya. Saya baca-baca surat tersebut dan bahkan berulang-ulang. Mencoba melihat-lihat, apakah itu benar-benar surat dari penabrak di Tugu Tani, Jakarta, yang menewaskan 9 orang itu? Saya tidak terlalu percaya, awalnya. Bukan apa-apa, dunia maya tidak serta merta selalu layak dipercaya. Namun demikian, saya juga tidak memiliki cukup alasan untuk tidak percaya. Maka saya baca lagi surat itu berulang-ulang. Sampai saya mencibir diri sendiri, masa baca surat itu pun harus sedemikian. Mirip seorang pemuda jatuh cinta yang mendapat balasan surat cinta dari yang dicintainya (jadi bernostalgia, karena dulu bisa merasakan aroma surat cinta. Sayangnya sekarang sudah bergeser ke SMS dan BBM). Kembali ke surat itu. Jika memang surat dimaksud adalah asli ditulis oleh Afriyani. Jelas, di sana tergurat penyesalan yang teramat dalam. Sampai dia mengakui, mungkin dia sendiri pun tidak akan memaafkan dirinya sampai ia kelak meninggal juga. Merenung. Saya mencoba untuk membayangkan andai kejadian buruk itu menimpa saya sendiri. Artinya membayangkan andai posisi saya dalam posisi Afriyani : khilaf pergunakan narkoba, menabrak orang sampai menghilangkan nyawa 9 orang! Membayangkan demikian. Sepertinya saya akan sangat panik. Pasti. Meski saya adalah lelaki. Apatah lagi ini seorang perempuan muda seperti halnya Afriyani, sulit membayangkan bahwa ia tidak merasa apa-apa seperti selama ini kerap digunjingkan orang-orang; tidak sedih, sibuk ber-BBM, dll. Membaca lagi berita di berbagai media online lengkap dengan komentar pembaca di bawah semua berita itu, nyaris semua berisi makian dan hujatan. Tak ketinggalan halnya juga dengan akun twitter @siNengApril miliknya, pun dipenuhi hujatan. Sangat terasakan sekali seperti apa tidak enaknya menjadi musuh publik seperti itu. Sedangkan dibenci satu dua orang saja sudah sangat menyiksa. Merenungi demikian. Membaca-baca ulang surat 'cinta' milik Afriyani. Saya sendiri mengambil kesimpulan, bahwa yang musibah itu bukan hanya korban yang meninggal, yang luka-luka, dan keluarga mereka. Afriyani juga musibah. Betapa tidak. Rasa terpukul karena melakukan kesalahan tersebut pasti sama besar saya kira. Rasa terpukul itu yang teramat sulit untuk dinetralisir. Taruhlah misal hujatan dari luar memungkinkan untuk tidak didengar, atau jika berasal dari tulisan bisa saja jangan dibaca. Tetapi ketika hujatan itu datang dari diri sendiri. Dari 'sesuatu' yang berada di kedalaman batin sendiri. Ini bagaimana? Bagaimana ia bisa dinetralisir? Maka saya mengatakan pada diri sendiri, sudahlah jangan menambah jumlah orang-orang yang ikut memaki. Namun, anjuran itu tidak lebih, ya saya tujukan pada diri sendiri. Sebab, jika saya anjurkan orang-orang untuk lakukan hal yang sama, boleh jadi saya sendiri malah yang jadi sasaran berbagai tudingan yang tidak-tidak: tidak berempati pada keluarga yang ditinggal mati anaknya, istrinya sebagai akibat kekhilafan Afriyani. Namun demikian, mungkin, mengajak untuk merenungi sama-sama, antara tetap melajutkan caci maki, lengkap dengan berbagai hujatan pada Afriyani atau menghentikannya setelah merenung dalam-dalam. Itu kembali pada pilihan kita masing-masing. Mungkin, lagi-lagi, kita bisa awali renungan itu dengan membayangkan posisi kita di posisi Afriyani. Tanpa mengambil dalih bagaimana dengan mereka yang sudah menjadi korban sampai meninggal itu. Toh, kita percaya saja, mereka yang menjadi korban itu sudah mendapat balasan terbaik yang jauh lebih baik dari yang pernah mereka dapat di dunia ini. Lampiran Surat Afriyani (Sumber Kompas Forum): ASSALLAM MUALAIKUM WRH, WbR Dengan ini Saya Afriyani Susanti, melampirkan Surat Permohonan Maaf atas kecelakaan yang terjadi pada hari Minggu tanggal 22 Januari 2012 Lewat keluarga saya dan kuasa hukum saya. Sesungguhnya saya telah merasakan penyesalan yang sangat terdalam kepada semua korban dari saat kejadian tersebut hingga khir dari perjalanan hidup saya nanti. Terkhusus untuk seluruh Keluarga Korban… Saya tak lagi bisa berkata-kata untuk Mengungkapkan Rasa Penyesalan yang teramat dalam. Maafkan Saya atas semua kehilangan Anda, maafkan saya atas kehilangan Cinta anda, Maafkan saya... Maafkan saya atas atas semua kehilangan Anda, maafkan saya atas kehilangan cinta Anda, maafkan saya atas kehilangan pengharapan Anda, maafkan saya....Demi Allah saya memohon maaf atas semuanya... saya mungkin tak patut mendapatkan maaf dari Anda semua... tapi izinkan saya untuk mengatakan ‘Maaf...Maaf...Maaf! Di kesempatan ini saya juga ingin meminta maaf kepada Kakak saya, Adik2 saya, Om, Tante, Sodara2 saya, sahabat dan seluruh teman2 saya… maafkan saya.. dan terima kasih untuk semua doa dan dukungannya. Untuk ibu saya…. Maafkan saya bu… anak ibu yang tak sedikit pun, sempat membahagiakan ibu… Doa Ibu cukup untuk membuat saya merasa lebih berarti dari apa pun… maaf bu… maaf. Akhir kata… Saya Afriyani Susanti memohon ampun dr Allh SWT, atas kekhilafan yang saya perbuat, ya Allah. Semoga Kau terima tobatan nasuha Hamba. Dan hamba memohon Bukakan pintu Kebaikan dan kemudahan untuk para Korban. Untuk Keluarga yang ditinggalkan semoga diberikan ketabahan, dan kemudhan. Sekali lagi saya mohon maaf… maafkan Saya atas semuanya…maafkan…maafkan…maafkan saya… Wassalammualaikum Wrh. Wbr. Jakarta, 25 Januari 2012 Ttd Afriyani S ------------------------------------- FOLLOW: zoelfick Also Published in: PROTAGONI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun