Apalagi jika digali lebih jauh, salah satu tokoh di balik deklarasi Erick Thohir for President, justru mendapatkan posisi sebagai komisaris di bawah BUMN. Ini memang menjadi salah satu sorotan serius dari Adian. Sebab pemandangan ini terkesan semakin mempertegas bahwa Erick bermain dua kaki, satu kaki menjalankan peran sebagai seorang menteri, satu kaki lagi untuk mempersiapkan diri sebagai calon presiden di kontestasi mendatang.
Belum lagi adanya fakta-fakta yang juga sempat dikeluarkan oleh Adian, seperti keberadaan beberapa pensiunan yang mengisi posisi komisaris. Alih-alih mendukung jalannya pemerintahan, keberadaan beberapa pensiunan itu justru lebih tercium sebagai bekal Erick untuk kepentingan politik.
Tak berhenti di situ, selentingan seputar dana talangan pun menjadi sebuah tanda tanya yang menuai sorotan banyak pihak. Pasalnya dana itu mencapai jumlah tidak kecil, karena tercatat sampai Rp152 triliun. Disusul lagi dengan persoalan Garuda Indonesia yang mencapai Rp8,5 triliun.Â
Sementara di sisi lain, berdasarkan ketentuan, dana talangan itu sendiri sama sekali tidak ada dalam Undang-Undang Pengelolaan Keuangan Negara. Adanya istilah semacam penyertaan modal negara (PMN), itu pun  hanya dapat dilakukan ketika perusahaan-perusahaan BUMN dipastikan pailit.
Jadi, di tengah situasi ini, berikut berbagai gonjang-ganjing yang bermunculan, rasanya kita sebagai masyarakat biasanya hanya dapat berharap agar kritikan Adian dapat dilihat secara positif. Paling tidak, agar kementerian terkait dapat berbenah.
Atau, bisa jadi juga, jika memang sudah terlalu sarat dengan masalah, Presiden Jokowi bisa mengambil keputusan tepat antara mempertahankan atau mendepak menteri yang dinilai sebagai pembawa masalah.
Yang jelas, bola di tangan Presiden Jokowi. Sementara publik, termasuk kita sebagai masyarakat biasa, terlepas berada di kubu pendukung pemerintahan atau tidak, dapat mengamati dengan serius silang sengkarut tersebut. Sebab pada akhirnya, keputusan elite akan berdampak terhadap kita semua tak peduli Anda pendukung pemerintah atau bukan.