Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Corona dan Cerita dari Jalanan Ibu Kota

5 April 2020   15:21 Diperbarui: 5 April 2020   15:33 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para ojek online di kaki lima salah satu swalayan - Foto: Zulfikar Akbar

Ada banyak berita yang menakutkan, namun terkesan sedikit berita yang menguatkan. Saat semua orang dihantui ketakutan, alih-alih menenangkan, justru banyak orang menciptakan keriuhan hingga semakin banyak orang kebingungan.

Inilah yang saya simak saat kemarin, Sabtu 4 April 2020, bertandang ke salah satu titik kumpul ojek online (ojol) persis di lokasi Stasiun Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. 

Ya, saya ke sana cuma untuk sedikit berbagi dengan apa yang mampu saya bagi. Sebab terpikir, dalam situasi sekarang, yang berguna bukan sebanyak apa segala sesuatu kita punya, tapi sebesar apa kemauan untuk berbagi dengan mereka yang lebih susah.

Benar saja, ketika saya dan dua anak tetangga, Kevin dan Adit, datang ke sana dan memberikan mereka beberapa botol minuman dalam kemasan dan roti-roti, ada binar haru dan gairah kembali menyala terlihat di mata mereka. 

"Bagaimana nggak, Bang, sekarang orang-orang mau bepergian takut, dan bahkan ada yang takut menerima kehadiran kami ke kawasan kompleks mereka," cerita salah satu abang ojol, Muhammad Taufik. 

"Kalau sekadar berhati-hati kita maklumi, tapi saat orang-orang malah ketakutan dengan kehadiran kami, pastinya kami jauh lebih ketakutan karena anak dan istri bisa saja tidak makan." 

Ya, saya ke sana tidak sekadar berbagi makanan dan minuman, namun juga berusaha berbagi cerita, atau tepatnya mendengarkan cerita mereka selama Covid-19 merajalela. Sebab, rasa-rasanya di saat-saat sulit seperti ini, mendengarkan mereka yang lebih susah rasanya melegakan. Lantaran tak jarang mereka tidak memiliki teman bercerita, karena di sekitar mereka sendiri kerap kali hanya ada cerita kesusahan. 

Saat mereka ingin bercerita kepada sesama ojol, ada perasaan tidak enak karena khawatir justru menyusahkan sesama orang susah. 

"Sekarang kami bisa mengeluh kepada siapa? Semua susah. Menyalahkan pemerintah, tapi kita juga melihat pemerintah pun susah payah mencari cara untuk menghadapi kondisi sekarang," salah satu ojol lain yang duduk sekitar dua meter dari Taufik, turut berbicara.

Bukan sekadar uluran tangan 

Saat sedang berbincang sambil melihat mereka berbagi dan mengunyah roti yang saya bagi, obrolan sempat terpecah. Mereka berlarian ke arah pintu pagar parkiran stasiun. Rupanya ada salah satu masyarakat yang berkendara roda dua, datang mengantarkan makanan lainnya, berupa nasi bungkus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun