Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekonomi Dunia Mengancam, Bagaimana Indonesia Bertahan?

28 Mei 2019   23:56 Diperbarui: 29 Mei 2019   10:40 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Besarnya masalah ekonomi dunia masih mampu dihadapi pikiran besar oleh Indonesia - Foto: Newswantara.com

Ada satu film yang sangat digemari kalangan ekonom dan peminat isu-isu keuangan. Film itu bertajuk Too Big To Fail, yang dirilis pada 2011 silam, dan berbicara banyak tentang bagaimana masalah ekonomi orang-orang Amerika Serikat (AS). Namun, sudut bidik film yang disutradarai Curtis Hanson ini adalah bagaimana lembaga keuangan di Amerika Serikat bekerja hingga bagaimana "Negeri Paman Sam" terpuruk.

Tulisan ini sendiri memang bukan untuk membedah film tersebut. Melainkan, karena tema yang diusung tidak jauh dari pemandangan tahun 2008 silam, saat ekonomi dunia mengalami krisis, dan AS sendiri mengalami kebangkrutan serius. Apalagi saat ini ancaman yang kurang lebih sama memang sedang mengancam dunia, tak terkecuali Indonesia yang hari ini membuat Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI) harus bertarung menghadapi berbagai kemungkinan.

Saat itu, krisis 2008, Lehman Brothers menandai kebangkrutan yang sangat membuat AS terpukul saat itu. Bank investasi yang pernah menempati posisi keempat di "Negeri Paman Sam" tersebut tumbang. Padahal Lehman Brothers adalah perusahaan perbankan yang sudah berdiri sejak 1850 dan hanya berada di bawah tiga perusahaan investasi seperti Goldman Sachs, Morgan Stanley, dan Merrill Lynch.

Film Too Big To Fail - Foto: Fintech Magazine
Film Too Big To Fail - Foto: Fintech Magazine
Inilah yang juga disinggung dalam film Too Big To Fail, yang menggambarkan bagaimana lembaga keuangan "Negeri Paman Sam" yang pernah sangat dipercaya banyak kalangan, akhirnya terjebak dalam kondisi parah di mana banyak investor yang justru melakukan rush hanya untuk menyelamatkan uangnya.

Pengaruh kondisi itu tentu saja tidak hanya menimpa AS saja. Lembaga International Monetary Fund (IMF) bahkan mencatat, bahwa pertumbuhan ekonomi dunia pun melambat. 

Pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi dunia hanya mencatat 2,8 persen per tahun. Terparah tentu saja negara-negara yang industri yang hanya mencatat pertumbuhan minus 3,4 persen.

Di AS sendiri, saat itu terbantu dengan keberadaan Henry Paulson yang tak lain adalah menteri keuangan. Sosok Paulson bahkan terkenal sebagai Mr Bailout karena dianggap sebagai penyelamat.

Setelah Lehman Brothers tumbang, pemerintah AS harus mengambil alih Fannie Mae dan Freddie Mac yang bergerak di industri keuangan. Mereka pun mengucurkan dana sampai 182 miliar dolar AS untuk langkah itu, selain juga untuk menyelamatkan AIG. 

Kemudian bank sentral AS (The Fed) pun mengambil langkah dengan membeli obligasi cuma agar dapat memompa dana untuk menguatkan ekonomi. Alhasil dalam enam tahun, langkah The Fed tersebut mampu mengumpulkan dana hingga 4,5 triliun AS dolar. Praktis, dalam rupiah, angka tersebut nyaris mencapai Rp 65 juta triliun.

Apakah setelahnya segalanya menjadi mudah bagi AS? Ternyata tidak juga. Sebab AS membutuhkan waktu sangat lama untuk bisa pulih kembali. Setidaknya sampai dengan tahun 2017 merujuk Corelogic, ada lebih kurang 7,8 juta rumah hilang karena harus diambil alih.

Tidak itu saja, tamparan yang menimpa AS saat itu, sekitar 7,3 juta pekerjaan hilang, per Januari 2008 sampai dengan Februari 2010, dengan  pengangguran mencapai 10 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun