Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Saya Membayangkan Prabowo sebagai "The Next Hitler"

9 April 2019   20:32 Diperbarui: 9 April 2019   21:09 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roger Moorhouse, sejarawan asal Inggris yang pernah menulis buku Killing Hitler (2006) dan Berlin at War (2010), pun mencatat secara khusus bagaimana Hitler belajar dari foto-fotonya untuk memunculkan citra diharapkannya di podium.  - Foto: Time

Meskipun tidak semua orang menyukai bacaan sejarah, namun hari ini nyaris dapat dipastikan tidak ada yang tidak mengenal nama Adolf Hitler. Mengawali perjalanan dengan membangun citra sebagai sosok berkarisma, punya kemampuan pidato berapi-api, hingga benar-benar membakar semangat rakyat Jerman.

Di akhir sejarahnya, kemampuan pidato seorang Hitler tidak saja mengobarkan api semangat, tetapi juga membakar kemarahan kepada kalangan berbeda etnis, hingga benar-benar meluluhlantakkan Jerman sendiri di satu ketika. Tak kurang dari 40 juta tewas di tangannya dan para serdadu yang jadi pengikutnya.

Ia juga berangkat dari pengalaman dari medan perang. Keterlibatannya di Perang Dunia Kedua membuahkan medali untuknya, sekaligus menjadi kebanggaan besar baginya. 

Semangat yang ditularkan oleh di pidato-pidatonya adalah semangat memusuhi. Realitas dunia luar tidak begitu saja dilihat sebagai potensi, melainkan hampir selalu dilihat sebagai ancaman. 

Di luar ras yang sama dengannya--Ras Arya--diposisikan sebagai masalah, ancaman, dan mesti dimusnahkan. Dari sanalah maka di kemudian hari, selain 40 juta etnis Yahudi dibantai, selain puluhan juta dari berbagai etnis lainnya.

Dalam perjalanan itu juga, cara lain yang melekat dalam sejarah Hitler adalah caranya dalam mengendalikan Jerman. Ia sangat tidak ramah terhadap pers. Lewat Joseph Goebbels yang jadi kaki tangannya, pemerintahan Nazi menunjukkan sikap permusuhan terhadap pers, dan mengekang ketat dunia pers.

Nasib media di masa Hitler, bukan rahasia, sangat terkekang, dan media mutlak harus mengikuti titah dari Hitler. Berita hanya bisa keluar berdasarkan izin ketat dari Goebbels.

Di luar itu, apa yang paling menonjol dari sosok Hitler adalah dari kemampuannya dalam membakar emosi masyarakatnya. Ia bisa menjadikan dirinya sebagai orator berkarisma di depan rakyat Jerman. 

Sampai sekarang masih banyak bertebaran video-video yang merekam bagaimana Hitler berpidato; menggelegar, membakar, dan mampu membetot perhatian banyak orang. 

Tidak banyak yang tahu, bahwa di belakang itu, Hitler memiliki orang kepercayaan yang membantunya untuk bisa membangun citra dirinya sebagai orator hebat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun