Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Guru Nur Kalim, Oase di Tengah Tren Viral

12 Februari 2019   12:34 Diperbarui: 13 Februari 2019   10:28 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Nur Kalim mendapatkan penghargaan dari kepolisian karena dedikasinya - Foto: Tandaseru.id

Sosok guru bernama Nur Kalim (beberapa media menulis Nur Khalim), mendadak viral dalam sepekan terakhir. Awalnya dilecehkan oleh siswanya sendiri, Guru berusia 30 tahun ini mampu merespons dengan kesabarannya. Publik beramai-ramai menghujat siswa pelaku penghinaan atas guru tersebut, sebaliknya Nur Kalim menuai pujian dan apresiasi dari banyak pihak.

Nur Kalim sukses memberikan inspirasi bagi banyak orang. Viralnya guru muda ini sekaligus memviralkan bukti bahwa guru yang penuh dedikasi itu memang masih ada. Hanya dengan gaji beberapa ratus ribu rupiah, beberapa media menyebut Rp 450 ribu, namun ia mampu menunjukkan dedikasi sebagai pendidik.

Publik seketika jatuh cinta terhadapnya. Di akun twitter saya saja, tidak sampai 24 jam, cuitan tentang guru honorer tersebut mendapatkan retweet hingga 3,6 ribu selain juga like mencapai 5 ribu lebih.

Nur Kalim sukses membawa inspirasi penting di tengah ribut-ribut tahun politik hingga inspirasi baik pun sempat terasa mengering. Cerita Pak Guru ini mampu bikin publik merasa menemukan oase di tengah kekeringan itu.

Nur Kalim pantas disebut sebagai guru teladan. Sebab, alih-alih menikmati dan memanfaatkan popularitas, ia justru menolak tawaran untuk dipopulerkan. Guru tersebut berkali-kali meminta supaya dirinya tidak diangkat lagi oleh media.

Menyimak alasannya, jika media mengangkat dirinya, maka otomatis akan menambah beban bagi siswa yang menjadi pelaku penghinaan terhadapnya.

"Kasihan dia," alasan Nur Kalim, saat menolak ajakan wawancara oleh salah satu media. 

Ia masih mampu menunjukkan konsistensinya sebagai seorang pendidik, yang lebih mementingkan anak didiknya alih-alih memanfaatkan situasi untuk keuntungannya. 

Tidak ada dendam. Tidak ada sakit hati yang dipelihara secara berlebihan. Nur Kalim mampu menunjukkan citra seorang guru yang benar-benar menyatu dengan pilihan hidupnya, sebagai pengajar sekaligus pendidik. Sebagai pengajar, ia mengajar ilmu pengetahuan dikuasainya. Sebagai pendidik, ia telah mendidik jutaan orang dengan keteladanannya. 

Ada integritas diperlihatkannya. Terbukti, saat kesabarannya itu ingin dibalas dengan tawaran hadiah umrah pun tak serta merta diterimanya. Ia bahkan cenderung menolaknya.

Sangat terlihat, apa yang menjadi konsentrasinya adalah pendidikan dan anak didiknya sendiri. Tampaknya ia sangat mempertimbangkan, jika ia mengikuti arus yang sedang berpihak terhadapnya, mungkin akan sangat menguntungkan dirinya. Di sisi lain, itu dapat saja berdampak buruk bagi dirinya.

Tampaknya ia masih menyimpan idealisme kuat sebagai seorang guru. Bahwa, seorang guru sukses bukanlah guru yang bisa mendapatkan harta atau keuntungan berlimpah, namun seberapa besar manfaat yang bisa ia tebarkan dengan ilmu yang ia miliki.

Tidak ada nada keluhan meskipun ia mengakui hanya digaji beberapa ratus ribu dari pekerjaannya sebagai guru. Baginya tidak ada yang perlu dikeluhkan dari sebuah pilihan hidup.

Toh, ia pun tak tinggal diam ketika persoalan gaji beberapa ratus ribu menjadi masalah. Ia menyikapi itu dengan mengajar di beberapa sekolah lainnya, yang membutuhkan dirinya. Di samping, di rumahnya pun, ia memanfaatkan waktu untuk mengadakan bimbingan belajar di sela-sela aktivitasnya yang juga merupakan salah satu pengurus masjid di lingkungannya.

Sekali lagi, Guru Nur Kalim pantas disebut sebagai guru teladan. Ia tidak mempersoalkan bahwa dirinya belum menjadi Aparat Sipil Negara atau Pegawai Negeri Sipil. Baginya, dedikasi dalam pendidikan tak perlu harus menunggu status yang lebih "wah" kecuali berusaha keras tetap menjaga dedikasi dan integritas meskipun ia masih berstatus sebagai guru honorer.

Ia bisa menginspirasi banyak guru lainnya untuk bisa membuktikan integritas seorang guru, dan menunjukkan kemuliaan ilmunya lewat kepribadiannya. 

Di sisi lain, pihak berwenang yang mengurus pendidikan pun semoga dapat mencari formula agar tidak ada lagi guru yang menjadi korban kekerasan dari muridnya sendiri. Selain, murid pun tetap terdidik dengan semestinya. 

Nur Kalim sudah menunjukkan karakter pendidik lewat caranya merespons kelakuan muridnya dengan menahan diri, tidak membalas dengan cara buruk, dan justru memaafkannya. 

Berkali-kali diwawancari kalangan media, berkali-kali pula ia menegaskan, bahwa risiko-risiko begitu sudah diperhitungkannya. Namun di situlah tugas mendidik, supaya anak-anak bisa menjadi lebih baik. Saat anak-anak bersikap buruk pun ia masih menunjukkan ruh pendidikan, menunjukkan contoh baik, dengan merespons dengan cara yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun