Ada integritas diperlihatkannya. Terbukti, saat kesabarannya itu ingin dibalas dengan tawaran hadiah umrah pun tak serta merta diterimanya. Ia bahkan cenderung menolaknya.
Sangat terlihat, apa yang menjadi konsentrasinya adalah pendidikan dan anak didiknya sendiri. Tampaknya ia sangat mempertimbangkan, jika ia mengikuti arus yang sedang berpihak terhadapnya, mungkin akan sangat menguntungkan dirinya. Di sisi lain, itu dapat saja berdampak buruk bagi dirinya.
Tampaknya ia masih menyimpan idealisme kuat sebagai seorang guru. Bahwa, seorang guru sukses bukanlah guru yang bisa mendapatkan harta atau keuntungan berlimpah, namun seberapa besar manfaat yang bisa ia tebarkan dengan ilmu yang ia miliki.
Tidak ada nada keluhan meskipun ia mengakui hanya digaji beberapa ratus ribu dari pekerjaannya sebagai guru. Baginya tidak ada yang perlu dikeluhkan dari sebuah pilihan hidup.
Toh, ia pun tak tinggal diam ketika persoalan gaji beberapa ratus ribu menjadi masalah. Ia menyikapi itu dengan mengajar di beberapa sekolah lainnya, yang membutuhkan dirinya. Di samping, di rumahnya pun, ia memanfaatkan waktu untuk mengadakan bimbingan belajar di sela-sela aktivitasnya yang juga merupakan salah satu pengurus masjid di lingkungannya.
Sekali lagi, Guru Nur Kalim pantas disebut sebagai guru teladan. Ia tidak mempersoalkan bahwa dirinya belum menjadi Aparat Sipil Negara atau Pegawai Negeri Sipil. Baginya, dedikasi dalam pendidikan tak perlu harus menunggu status yang lebih "wah" kecuali berusaha keras tetap menjaga dedikasi dan integritas meskipun ia masih berstatus sebagai guru honorer.
Ia bisa menginspirasi banyak guru lainnya untuk bisa membuktikan integritas seorang guru, dan menunjukkan kemuliaan ilmunya lewat kepribadiannya.Â
Di sisi lain, pihak berwenang yang mengurus pendidikan pun semoga dapat mencari formula agar tidak ada lagi guru yang menjadi korban kekerasan dari muridnya sendiri. Selain, murid pun tetap terdidik dengan semestinya.Â
Nur Kalim sudah menunjukkan karakter pendidik lewat caranya merespons kelakuan muridnya dengan menahan diri, tidak membalas dengan cara buruk, dan justru memaafkannya.Â
Berkali-kali diwawancari kalangan media, berkali-kali pula ia menegaskan, bahwa risiko-risiko begitu sudah diperhitungkannya. Namun di situlah tugas mendidik, supaya anak-anak bisa menjadi lebih baik. Saat anak-anak bersikap buruk pun ia masih menunjukkan ruh pendidikan, menunjukkan contoh baik, dengan merespons dengan cara yang baik.