Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bagaimana Kompasiana di Tahun Politik?

30 Januari 2019   19:50 Diperbarui: 1 Februari 2019   15:45 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pontianak.tribunnews.com

Sebab terlepas keberpihakan para Kompasianer masing-masing, sejatinya mereka dengan gaya masing-masing sedang menunjukkan bagaimana mereka menangkap realitas di tengah gonjang-ganjing politik.

Terlebih lagi ketika tahun politik di mana-mana acap terjadi hoaks, kabar bohong, hingga fitnah. Nah, di sini para Kompasianer yang berasal dari masing-masing kubu politik berhak untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Sekali lagi, sepanjang tidak menyalahi aturan, meskipun telanjang berpihak, biarkan saja. 

Di Kompasiana, banyak yang berpihak kepada petahana Joko Widodo. Tidak sedikit juga yang berpihak kepada penantang, Prabowo Subianto. 

Nah, masing-masing mereka  akan tampil, banyak juga yang memang sudah tampil sejak sebelum Pilpres 2014 lalu, dengan kekhasan masing-masing. Sebaiknya memang dibebaskan saja untuk masing-masing berekspresi dan mereka menunjukkan keberpihakan masing-masing. 

Sebaiknya jangan sampai ada kesan, Kompasiana terlalu mengekang. Sepanjang "tidak berbahaya" dan menjurus fitnah, bebaskan saja mereka mengekspresikan ke mana mereka berpihak, dan kenapa mereka berpihak kepada satu pihak.

Sebab, apa saja yang tertulis dan ditayangkan di Kompasiana paling tidak bisa menjadi acuan bagi publik, bagaimana menentukan pilihan dan kenapa harus memilih yang satu dibandingkan lainnya. Kompasiana dapat menjadi media edukasi bagi publik. 

Nah, harapannya juga, terlepas apa saja afiliasi politik, semoga saja para Kompasianer tetap dapat bertukar pikiran, berdebat, atau bahkan "bertengkar" namun sebaiknya juga tidak sampai "membunuh" karakter dan semisalnya.

Perbedaan memang tak bisa dielak. Keberpihakan pun menjadi sesuatu yang tak bisa dihindari. Namun di sini, siapa pun kita, rasanya masih dapat mempertimbangkan bahwa ketika memang ada sesuatu yang buruk, maka keburukan itu mesti ditentang. 

Katakanlah seperti persoalan hoaks yang terlihat seolah dibenarkan demi politik, sebaiknya menjadi sasaran kritikan para penulis Kompasiana. Terlepas kita berada di kubu manapun, perlawanan terhadap hoaks atau kabar-kabar bohong yang menyesatkan publik, sebaiknya menjadi lawan bersama. Bukankah jika sudah memiliki "musuh" yang sama, sejatinya kita tetap berkawan, bukan?

Saya pribadi jauh-jauh hari memang secara terbuka menunjukkan keberpihakan ke satu pihak, dan menunjukkan penentangan keras kepada pihak lain. Keputusan terbuka begini, ekspektasinya tidak lain supaya publik pun bisa mendapatkan kejelasan dari siapa mereka mendapatkan sebuah sudut pandang, dan dari mana ia berasal.

Tapi ini ranah politik, Bung? Kira-kira begitulah sebagian berkilah. Namun di sini, sebagai Kompasianer, yang bagaimanapun telah menjadikan Kompasiana sebagai "rumah", semoga tetap menunjukkan bahwa rumah ini mesti dirawat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun