Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenapa Perlu Mengenal Tan Malaka?

12 Juli 2017   15:51 Diperbarui: 2 Juni 2020   14:07 11190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tan Malaka tokoh bangsa yang tak ingin berhenti hanya pada satu ideologi - FOTO: HISTORIA.ID

Tampaknya ideologi telah menjadi alasan banyak orang untuk merdeka menghakimi, tanpa pernah peduli apa yang pernah dia beri. Alhasil, puluhan tahun, Tan Malaka nyaris tak kenal henti didudukkan dan dihakimi sebagai penjahat, sebagai komunis, sebagai PKI.

Itu juga yang pernah disesalkan oleh salah satu tokoh Minang, Khairul Apit. "Ada beberapa pihak yang sengaja memplesetkan perjuangan-perjuangan Tan Malaka, dan mengaitkan beliau dengan golongan kiri atau komunis. Tan Malaka itu tidak seperti yang dibayangkan orang." 

Makam Tan Malaka - FOTO: Antara/Prasetia Fauzani
Makam Tan Malaka - FOTO: Antara/Prasetia Fauzani
Apalagi jika mengulik sejarahnya, Tan Malaka dengan tokoh-tokoh PKI sendiri di masa lalu kerap kali berdiri berhadapan, sebagai lawan. Silakan lihat saja bagaimana dia berdiri di posisi lawan ketika ia berhadapan dengan Moeso.

Bahkan saat PKI merencanakan untuk melakukan kudeta, Tan Malaka adalah figur sentral di kalangan kiri yang menolak rencana itu. Sebab ia sendiri masih melihat masyarakat Muslim sebagai kelompok yang tak dapat diabaikan sebagai bagian penting di negeri tempat ia berdiam dan turut dia perjuangkan.

Dia tidak duduk di dua kursi dengan pendapatnya. Tan Malaka dapat dibilang sebagai tokoh sangat mengenal Islam, dan bahkan jauh mendalami Islam dibandingkan dengan Soekarno atau bahkan Mohammad Hatta. Terlebih dia pun telah belajar Islam dari kanak-kanak, dan kabarnya pernah mendalami tarikat hingga pernah menjadi guru agama di kampung asalnya, Limapuluh Koto, Sumatra Barat.

Namun dia tak ingin berhenti hanya pada pemahaman yang pernah diberikan dan dituntun oleh lingkungan saja. Dia merasa perlu mendidik dirinya lewat berbagai hal dan tentang lebih banyak hal betul-betul karena kesadaran sendiri; mana yang paling dia butuhkan, dan mana yang dapat membantunya berpikir lebih jernih.

Maka itu, pemahaman luas tentang Islam di masa kecilnya, tak mampu membuatnya berhenti hingga ia pun mendalami Marxisme yang juga masih diimbangi kegandrungannya menyimak perkembangan Pan Islamisme. 

Tan Malaka adalah pribadi yang tak ingin terkungkung oleh satu ideologi, maka itu alih-alih mengikuti PKI, ia lebih memilih untuk menggagas Partai Musyawarah Rakyat Banyak alias Murba.

Ia punya kemiripan dengan Soekarno yang cenderung berada di tengah, meski kemudian persepsi yang lebih terbangun di tengah publik dan turut dibesar-besarkan lawan politiknya; dia adalah seorang komunis yang tak bedanya dengan kalangan PKI umumnya.

Tudingan miring ke arahnya lantaran memang rekam jejaknya di dunia politik dan pergerakan tak lepas dari sosok Henk Sneevliet, seorang Belanda yang belakangan menjadi Bapak Komunis bagi kalangan kiri.

Maklum Sneevliet sendiri adalah salah satu penggagas Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) yang pernah tercatat sebagai organisasi pergerakan yang terbilang paling berpengaruh di zamannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun