Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

5 Tahun Tak Berolahraga, Sebuah Cerita Soal Geliga

4 November 2017   16:03 Diperbarui: 4 November 2017   16:29 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otot kaki paling berisiko di banyak olahraga, termasuk bulu tangkis - Foto: Kaly.id

Ada gurat heran di wajah istri saat melihat saya mengambil Geliga Krim di tas dan  mengusapnya ke bagian paha, betis, hingga pergelangan tangan. "Orang biasanya make krim setelah olahraga, lha ini malah make sebelum olahraga," akhirnya meluncur juga kalimat heran istri. Terjadi persis menjelang saya berangkat ke Bendungan Hilir untuk bermain bulu tangkis dengan teman-teman sekantor, baru-baru ini.

Alih-alih menjawab panjang lebar, saya memutuskan menarik kepala istri dan mengecup keningnya--biar cerita ini sedikit mirip film Korea kegemaran para istri sedunia. Sebuah kecupan yang cukup mewakili sejuta kata, walaupun tak bisa mewakili jawaban atas pertanyaannya. Kenapa tidak saya jawab? Sebab saya pikir jika setelah bermain bulu tangkis dan malamnya saya tepar, ia dapat melihat jika keputusan saya membaluri badan dengan krim tersebut adalah keliru. Dengan begitu, saya pun tak harus berkilah lagi jika nanti disodori kalimat bernada vonis, ngapain repot-repot, lah tepar juga akhirnya.

Maklum, setelah lima tahun, baru kali ini saya kembali bermain bulu tangkis, setelah lemak di perut makin menjajah tubuh saya, dan setelah berat badan makin hari makin menuntut saya untuk membeli celana dengan ukuran lebih besar dari biasanya. Maklum, bekerja di media olahraga tak lantas rajin berolahraga, kecuali sekadar jalan kaki dan push-up, begitulah adanya yang juga terjadi atas saya.

Bulu tangkis tentu saja bukan olahraga ringan. Persendian akan terasa ditarik dan dibetot oleh banyak gerakan, dan gerakan kaki pun bisa lebih banyak dibandingkan biasanya. Ini yang acap bikin orang yang jarang berolahraga sering mengalami sakit sangat serius di bagian otot-otot tertentu, terutama yang paling banyak dilibatkan dalam berbagai gerakan dalam olahraga tepok bulu tersebut.

Beberapa teman saya mengalami itu saat kami mengawali kegiatan tersebut. Alih-alih lebih bugar setelah berolahraga, ada di antara mereka untuk mengangkat tangan pun kesulitan, dan berjalan pun harus susah payah karena otot bagian paha yang kesakitan. Kenapa? Ya, nyeri lantaran tangan yang jarang digerakkan seintensif ketika bermain bulu tangkis, harus dipaksa bekerja keras untuk mengayun raket. Begitu juga kaki, yang biasanya hanya digunakan untuk berjalan biasa saja, saat menjalani olahraga ini digenjot untuk bekerja lebih keras.


Saya pun pernah mengalami rasa sakit seperti itu. Terutama saat masih berkantor di Stadion Gelora Bung Karno, saat mengawali lagi kegiatan lari, mengelilingi stadion yang memang juga acap digunakan penduduk Jakarta untuk berolahraga pagi atau sore hari. Saat itu, saya memaksa dengan start tiga putaran tanpa henti setelah bertahun-tahun tidak menjajal olahraga lari. Hasilnya, hanya berselang jam setelah istirahat, justru paha terasa kesakitan, punggung seperti ditumbuk, dan gerakan untuk berjalan saja sulit.

Saat menjalani olahraga lari itu, baru teringat Krim Geliga hanya setelah sakit. Terlambat, meski akhirnya membantu meringankan perasaan sakit tersebut.

Setidaknya sejak itulah Geliga tak hanya saya gunakan setelah berolahraga, melainkan juga sebelum menjalani kegiatan olahraga. Hasilnya, olahraga yang terbilang berat tak sampai membuat saya harus menanggung rasa sakit yang juga berat.

Seperti juga saat memutuskan kembali menjalani olahraga tepok bulu baru-baru ini, ketika beberapa teman sekantor mengeluhkan sakit luar biasa setelah lama tak berolahraga, saya justru masih dapat menjalani aktivitas lain tanpa dihantui rasa sakit. 

Apa perlunya untuk saya bercerita tentang ini? Untuk lomba blog! Eh, tak hanya itu, tapi memang begitulah pengalaman pribadi. Bahwa ada kecenderungan di tengah kita jika krim otot hanya perlu digunakan saat sakit. Sementara sakit otot, meski tak membunuh Anda hingga membuat istri menjadi janda seketika, sangat mengganggu ketika terjadi atas kita bukan?

Sebab, sakit otot itu bukanlah perkara sederhana seperti misalnya Anda mengalami cerita patah hati yang lebih melankolis daripada drama Korea. Tidak. Sakit otot bisa membuat wajah bening bintang Korea pun kehilangan kekuatan sihirnya. Maka kenapa, saya menggunakan krim otot itu tak hanya setelah berolahraga melainkan juga sebelumnya. Hasilnya, wajah istri pun tetap dapat terlihat tak kalah dari bintang Korea meskipun ia baru menyelesaikan "tugas negara" bertempur dengan asap dapur hingga ... ah, tak bisa saya teruskan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun