Kalau kita dengarkan mereka yang ngobrol di warung kopi, kepercayaan masyarakat kepada partai sebenarnya sangat kecil. Mungkin kasarnya, masyarakat sudah tidak percaya terhadap Partai Politik.
Ketidak percayaan masyarakat kepada parpol dipicu oleh kader-kader partai itu sendiri.
Seketika kader-kadernya di percaya masyarakat untuk mewakilinya di Parlemen atau menjadi pejabat publik, alih-alih menjembatani untuk menyalurkan aspirasinya, tetapi mereka malahan sibuk mencari kekayaan pribadi.
Dampaknya, tidak sedikit pejabat publik dari kader-kader Partai terkena kasus korupsi dan tindak pidana lainnya, baik tindak pidana khusus maupun tindak pidan umum.
Saat kepercayaan masyarakat kepada Partai merosot, Partai politik juga tidak memiliki figur-figur kuat yang dapat mengembalikan citra partai. Pertama, karena para elit partai gagal melakukan kaderisasi terhadap generasi yang lebih muda.
Kedua, ketika ada kader yang berprestasi meningkatkan elektabilitas dan kepercayaan publik terhadap partai. anehnya, mereka itu di anggap berbahaya oleh para petingginya.
Kalau kita lihat sejarah pergerakan Partai Politik di negeri ini, sebelum kemerdekaan sejarah mencatat ada Partai Nasional Indonesia (PNI). Dalam waktu singkat, PNI bisa menjadi Partai besar dan digandrungi masyarakat.
Ketika kita berbicara PNI, maka kita tidak akan bisa lepas dari sosok besar yang juga ketua Partai tersebut, yakni Ir. Soekarno.
Karena Soekarno memiliki tempat khusus di hati rakyat, maka dengan mudah bisa mencari simpati masyarakat.
Begitu pula dengan PDI Perjuangan. Kepercayaan masyarakat terhadap PDIP begitu besar, dari berbagai riset dan survei, PDIP menjadi urutan pertama.
Kepercayaan masyarakat tersebut jelas di Pengaruhi oleh kinerja Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Dimasa periode pertama mengalami kepuasan dengan kinerjanya. otomatis, kepercayaan public pun meningkat terhadap PDIP.