Mohon tunggu...
Sodik Permana
Sodik Permana Mohon Tunggu... Wiraswasta - JnT Cargo

Penikmat filsafat dan penulis pemula yang senantiasa berusaha konsisten dalam belajar sesuatu yang belum terfahami.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Problematik Sekolah Berbasis Asrama

9 September 2022   16:17 Diperbarui: 9 September 2022   16:20 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memasukan atau menyekolahkan anak pada sekolah yang berbasis asrama atau suatu pesantren modern yang lebih kita kenal dengan istilah Boarding School merupakan langkah tepat bagi sebagian orang tua, dengan harapan dapat terdidiknya kedisiplinan seorang anak kelak. 

Disiplin merupakan suatu hal yang memiliki dampak positif untuk berkehidupan, menjadikan seseorang lebih pandai dalam mengatur kehidupanya dari segi waktu dan kebermanfaatan suatu hal yang akan dilakukan. 

Saya pribadi memandang sekolah berbasis asrama atau boarding school atau pesantren merupakan sistem pendidikan yang baik, mengingat pengasuhan dan pengajaran anak didalamnya lebih intens dalam pengawsan yang bisa dikatakan secara full-time. 

Memasuki jenjang sekolah menengah pertama (SMP) kala itu saya dimasukan ke salah satu pondok pesantren yang lebih tepatnya boarding school. 

Tiga tahun sebagai santri tsanawiyah di ponpes tersebut saya jalani tanpa beban kesedihan ketika ditinggal pulang oleh kedua orang tua saya, karena suatu motivasi bahwa orang tua mengingnkan anaknya menjadi seorang yang tegar dalam mencari ilmu terlebih lagi ilmu agama. 

Namun kala itu saya hanya seorang anak dengan pemikiran sederhana dan sifat nakal yang sulit dihilangkan, menjadi santri yang sering melanggar aturan pondok seperti, kabur dari pondok hanya untuk bermain playstation, berbicara bahasa daerah, pura-pura sakit saat ada ujian syafahi, dan pelanggaran lain yang menyebabkan kepala saya kehilangan rambut alias botak. 

Kedisiplinan sangat saya rasakan dalam setiap aktivitas, bukan hanya aktvitas sekolah dan mengaji melainkan hampir seluruh aktivitas kita saat berada di pondok ataupun diluar pondok, karena kita punya tanggung jawab atas perbuatan kita ketika diluar pondok akan tetap membawa nama pondok tersebut. 

Meskipun ada beberapa hukuman fisik, saya kira apa yang saya alami dikatakan wajar karena itu merupakan salah satu metode menerapkan kedisiplinan bagi santri, dan jika ada hukuman fisik melebihi batas wajar maka pihak pengasuh pondok dalam hal ini asatidz akan bertindak. 

Artinya pengasuhan dan pengajaran yang memiliki hukuman fisik sebagai konsekuensi bagi para pelanggar kedisiplinan itu memiliki batas wajar yang tidak ditetapkan secara tertulis oleh pihak orang tua santri dan pihak ponpes tersebut, itu yang saya alami entah setelah itu bagaimana mekanismenya saya kurang tau.

Problematik, tuduhan menganiayaan atas nama Sekolah / Pondok Pesantren / Boarding School

Untuk meluruskan dan mengantisipasi kehawatiran orang tua terhadap anaknya yang menempuh pendidikan di sekolah yang berbasis asrama atau pondok pesantren atau boarding school, persoalan kekerasan atau penganiayaan itu tidak bisa dikaitkan secara langsung terhadap instansi tersebut, mengapa? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun