Mohon tunggu...
SNF FEBUI
SNF FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Badan Semi Otonom di FEB UI

Founded in 1979, Sekolah Non Formal FEB UI (SNF FEB UI) is a non-profit organization contributing towards children's education, based in Faculty of Economics and Business, Universitas Indonesia. One of our main activities is giving additional lessons for 5th-grade students, from various elementary schools located near Universitas Indonesia. _________________________________________________________ LINE: @snf.febui _________________________________________________________ Instagram: @snf.febui ____________________________________________________ Twitter: @snf_febui _______________________________________________________ Facebook: SNF FEB UI ____________________________________________________ Youtube: Sekolah Non Formal FEB UI ______________________________________________________ Website: snf-febui.com ______________________________________________________ SNF FEB UI 2020-2021 | Learning, Humanism, Family, Enthusiasm | #SNFWeCare

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

The Bleak Reality of Child Prostitution: Mereka yang Terpinggirkan Sebab Perubahan Iklim

4 Oktober 2022   14:26 Diperbarui: 4 Oktober 2022   16:05 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarganya bertumpu pada dirinya sebab kekeringan dan hujan bandang menamatkan sumber penghasilan satu-satunya bagi mereka. Sekarang bukan buku dan pekerjaan rumah lagi yang Ia kemas, melainkan raganya. Bukan sekolah lagi yang Ia kunjungi, melainkan sebuah kamar asing. Rasa asing juga kian menyelimuti tubuhnya yang masih belia. Ia tahu betul resiko dari pekerjaan yang Ia lakukan, sayangnya Ia tidak bisa lagi memilih. "Tak ada ruang untuk keraguan, keluargaku harus bisa bertahan hidup," batinnya berkata.

Narasi di atas merupakan sepenggal kisah dari seorang anak yang terlibat praktik prostitusi di negara yang rentan terhadap krisis iklim. Lantas, apa yang melatarbelakangi hal tersebut? Lalu apa korelasi antara gentingnya perubahan iklim dengan prostitusi anak? Mari kita selidiki lebih dalam terkait kompleksnya dampak perubahan iklim dan kaitannya dengan eskalasi kasus prostitusi anak. 

Peliknya Dampak Perubahan Iklim

Secara umum isu perubahan iklim kerap hanya dilihat pada aspek dampaknya terhadap lingkungan. Nyatanya, perubahan iklim merupakan suatu isu yang kompleks. Analisis interdisipliner yang melibatkan kelas, kekuasaan, dan politik seringkali hilang dari narasi-narasi yang seharusnya jadi hal yang sangat penting untuk dianalisis pada isu perubahan iklim [1]. Ketika dampak perubahan iklim meningkat, jutaan orang yang termarjinalkan rentan menghadapi kesenjangan sosial. Akar penyebab kerentanan mereka terletak pada kombinasi lokasi geografis, social economic situation (SES), budaya, gender, akses mereka ke layanan masyarakat, pengambilan keputusan, dan keadilan [2]. 

Bencana alam yang diakibatkan oleh perubahan iklim, mendesak para kelompok marginal untuk bermigrasi dan mengais nafkah untuk bisa bertahan hidup. Hal ini membuat mereka rentan terlibat pada human trafficking, perbudakan, dan prostitusi. Berdasarkan laporan dari  International Institute for Environment and Development (IIED) pada mei 2022, "faktor-faktor seperti kemiskinan, marginalisasi sosial, pembangunan yang tidak merata, dan ketidaksetaraan gender diakui sebagai faktor yang membentuk kerentanan terhadap perdagangan manusia," sehingga dapat dikatakan bahwa migrasi, human trafficking, dan prostitusi merupakan domino effect dari perubahan iklim [3].

Kelangkaan komoditas Pertanian: Ujung Tanduk kesengsaraan

Dewasa ini, tampak sangat nyata dirasakannya dampak dari perubahan iklim. Tahun 2020 lalu, merupakan tahun terpanas keempat di Benua Afrika sejak tahun 1990. Hal ini menyebabkan kekeringan dan banjir bandang yang secara dramatis mengurangi panen sehingga masyarakat berprofesi agraris di Afrika kehilangan sumber pendapatannya. Terlebih lagi, berkurangnya panen mengakibatkan terjadinya kelangkaan komoditas pertanian sehingga harga pangan juga ikut meningkat dan membuat masyarakat agraris di Afrika kelaparan. Beranjak dari permasalahan tersebut, banyak perempuan muda di Afrika terpaksa harus putus sekolah dan bermigrasi ke daerah perkotaan untuk mencari pekerjaan. Sayangnya, akibat minimnya lapangan pekerjaan, terkadang mereka tidak memiliki pilihan lain selain menjadi pelacur. Tragisnya saat ini telah diperkirakan sudah ada ratusan gadis dari daerah pedesaan Afrika telah bergabung dengan perdagangan seks di kota-kota besar dan kecil demi memberi makan keluarga mereka [4].

Tak berhenti disini, banyak gadis remaja mengalami pelecehan dan kekerasan seksual disaat sedang menghadapi klien. Ironisnya, sering ditemukan klien yang menolak untuk membayar layanan prostitusi yang telah diberikan. Daniel Sithole, seorang analisis iklim dan direktur Green Shango Trust, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada mitigasi perubahan iklim, turut berpendapat bahwa "Perempuan sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim yang pada gilirannya dapat memperburuk kesenjangan gender yang ada." [5]

Menilik Lebih Jauh Terkait Prostitusi Anak

Definisi dari prostitusi anak berdasarkan Konvensi PBB tentang hak-hak anak adalah upaya pelibatan seseorang yang lebih muda dari 18 tahun dalam menjual aktivitas layanan seksual. Prostitusi anak berbeda dengan sexual abuse seperti pelecehan, inses, pencabulan karena melibatkan eksploitasi berbentuk komersial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun