Mohon tunggu...
Sucha
Sucha Mohon Tunggu... Editor - Ah...

yang TerAnukan...

Selanjutnya

Tutup

Money

Rebahan Atau Bangun Perubahan

5 Mei 2020   16:44 Diperbarui: 5 Mei 2020   16:49 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Indonesia sekarang ini sedang mengalami beberapa krisis,. Krisis yang bermula dari sebuah wabah penyakit  yang menjangkit seluruh dunia. Masuknya wabah virus corona di Indonesia pada awal maret lalu membalikan semua keadaan, menghancurkan semua rencana dan juga menjegal seluruh kegiatan. 

Kontroversi yang dilakukan oleh para petinggi dan perendah mengatasnamakan covid-19. Dimana ketika diawal para oposan menyerukan untuk mengunci akses di Indonesia, tapi mereka juga tidak siap akan menghadapi krisis ekonomi yang siap menghadang ditengah jalan. Kritikan, seruan mereka lontarkan kepada pemerintah. Kurang puas, mereka mengajak masyarakat awam untuk ikut menyerukan usulan lockdown di Indonesia.

Dimedia social, narasi-narasi terus didengungkan untuk memperkeruh suasana dan juga menipiskan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Mulai dari ketakutan tidak makan, pengangguran, bantuan sosial dan lain sebagainya.  Sehingga menimbulkan kegaduhan ditengah pandemi ini.

Isu krisis ekonomi juga tak kalah heboh digemborkan oleh beberapa pihak, hingga muncul ajakan penjarahan yang dipelopori oleh kelompok Anarco untuk merusuh dan menjarah seluruh toko dengan dalih krisis ekonomi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Apakah benar Indonesia sekarang sudah segawat itu? Hingga ada ajakan menjarah? Siapa dalangnya? Pertanyaan itu terus muncul di suara arus bawah yang bingung dengan apa yang terjadi.

Puncaknya adalah ketika Banggar memberikan ide agar Bank Indonesia mencetak Uang dengan jumlah yang fantastis guna menutupi krisis ini. Gelombang penolakanpun terjadi. Masyarakat tidak ingin krisis yang terjadi ditahun 1998 kembali terulang tahun ini hanya dikarenakan oleh virus kecil yang tak kasat mata. Inflasi besar-besaran itulah yang ditakutkan. Media social ramai menanggapi usulan dari Banggar tersebut. Masyarakat harap-harap cemas akan nasibnya dimasa depan.

Tak hanya krisis ekonomi, dikalangan kita sekarang  juga krisis dengan kemanusiaan. Semua orang tahu bahwasannya virus ini menyerang seluruh  umat manusia, bukan Negara, Ras, Ethnis, dan Agama tertentu. Namun banyak yang masih menutup mata, mengatasnamakan golongan bahwa golonganlah yang paling baik dalam berlayar ditengah badai ini. Ada yang menyerukan semua masalah akan terselesaikan dengan solusi ganti pemimpin, ada menantang virus dengan mengusapkan minyak, ada juga orang yang katanya pintar dan mengaku sudah memasukan virus corona kedalah tubuhnya hingga merasakan sesag didada.

Semua yang golongan, atau oknum tertentu lakukan sebenarnya memiliki tujuan yang sama, yakni mengusir virus corona. Walau caranya masih berdasarkan keyakinan masing-masing. Jika kita menarik kesimpulan sampai disi, akan menjadi garis besar bahwa Indonesia benar-benar butuh menerapkan Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi tetap satu. Beda golongan, beda cara, beda keyakinan tapi tujuan kita satu, untuk entaskan wabah korona.
Ditengah ketidak pastian perekonomian, ketidak pastian tentang kapan bad day ini akan berakhir, kita sebagai generasi milenial yang mengaku lebih cerdas dan kreatif dibandingkan generasi lainnya haruslah lebih bijak dalam bertindak atau bersosial media.

Bhineka Tunggal Ika. Kita harus menerapkan itu, bukan hanya untuk dihafal atau malah buat caption status di media sosial. Ditengah krisis ini, focus utama kita adalah bergerak bersama lawan corona.  Jika corona selesai, semua krisis yang disebutkan diatas juga akan memiliki jalan keluar.

Bagaimana caranya kita bergerak? Kita bisa memulainya dengan bergerak menjaga kebersihan diri, dengan mandi 3 kali sehari agar tubuh tetap bersih, rajin cuci tangan, giat olah raga dan juga menjaga kebersihan lingkungan. Itu adalah gerakan kecil tapi berarti sangat besar agar tubuh kita tidak masuk dalam daftar nama pasien corona.

Selain itu, seperti yang presiden Jokowi Tegaskan yaitu lakukan Gerakan dirumah aja, ibadah di rumah, belajar dirumah dan berkumpul bersama keluarga dirumah. Dalam hal ini jiwa ekstrovert akan meronta-ronta. Tapi untuk saat ini, tolong mari kita tekan nafsu untuk piknik kita sementara, buktikan kalau kita cukup kuat untuk bertahan dan yakinkan bahwa semua akan kembali sepertis semula usai corona selesai.

Dirumah aja bukan suatu hal yang buruk, kita bisa melakukan  banyak hal dirumah dan percayalah, kita bisa mengendalikan dunia hanya dengan rebahan. Ah.. remeh sekali dunia kita saat ini. Tapi kenyataanya memang begitu, walau rebahan aja kita bisa ikut berperan aktif memutus rantai corona dan juga bisa menggunakan dunia digital untuk menjaga stabilitas ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun