Mohon tunggu...
Syuhel Syukur
Syuhel Syukur Mohon Tunggu... -

Pegiat Sosial dan Kemanusiaan ACT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasionalisme Kebangsaan dan Diplomasi Kemanusiaan

27 Mei 2013   12:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:57 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bersyukur saya lahir dan besar di Indonesia, negara besar dengan visi besar perdamaian dunia. Sebagian anda mungkin menganggap saya mengada-ada, besar apanya? setiap hari yg dipertotonkan hanya informasi tentang korupsi dan perebutan kekuasaan semacam pilkada. Sehingga sebagian kita malu dg kondisi yg ada. Itu yg disampaikan oleh beberapa warga Indonesia di luar negeri. Sehingga melunturkan kebanggaan kebangsaan Indonesia.

Turki adalah contoh negara dengan Nasionalisme yg sangat tinggi. Tidak ada orang Turki yg tidak bangga dg negaranya. Mereka bangga dg bahasanya, bendera kebangsaannya. Mereka dipimpin oleh pemimpin hebat yg mengangkat kebanggaan bukan hanya dicintai di dalam negeri tapi dicintai oleh bangsanya di luar negeri. bukan hanya itu, mereka dicintai negara-negara yg mereka bantu dengan misi kemanusiaan mereka yg tersebut lebih dari 100 negara di dunia.

Turki hanyalah sebuah contoh, Indonesia dengan peran dunianya dari awal berdirinya sangat membanggakan dan dibanggakan. Indonesia adalah inisiator konferensi Asia Africa yg diselenggarakan di Bandung 1955. dengan KAA negara negara Asia dan Africa terinspirasi untuk merdeka, sehingga kita lihat banyak yg merdeka setelah 1955. KAA kemudian menginspirasi 5 negara termasuk Indonesia untuk pengiriman Non alignment movement atau Gerakan Non Blok (GNB) dengan conference pertama di Beograd Yugoslavia tahun 1961. Walaupun sempat redup peran GNB, sekarang sudah 16 kali lakukan KTT Non Blok.

Di tingkat Regional, Indonesia adalah pendiri ASEAN bersama 4 negera lainnya (Malaysia, Thailand, Filipina dan Singapura), berdiri sejak 8 Agustus 1967. Sekarang ASEAN sudah memiliki 10 negara Anggota di Asia Tenggara, Brunei Darussalam bergabung tahun 1984, Vietnam tahun 1995, Laos dan Myanmar tahun 1997 dan Kamboja tahun 1999. Kawasan ini dikenal sebagai kawasan yang stabil, satu dua gejolak dapat diselesaikan secara damai. Tentu Indonesia sebagai negera terbesar di kawasan ini memiliki peran yang sangat strategis, apalagi Sekretariat ASEAN berada di Jakarta.

Dengan wilayah yang luas, Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa, dari Sabang di ujung barat sampai merauke di ujung timur, dari Talaut di utara sampai ke pulau timor di selatan. Keindahan alamnya yang masih perawan belum tergarap secara merata, baik di daratan sampai ke dasar lautan. Ini merupakan anugerah besar bagi Indonesia. Di dukung oleh kekayaan budaya yang menjaga kelestariaan alam dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab.

Setiap propinsi dan kabupaten di Indonesia memiliki potensi alam yang sangat membanggakan. Kalau kita berkunjung ke Indonesia maka akan butuh waktu yang sangat panjang untuk menikmati semua keindahan alam tersebut. Kita semua tahu paska bom bali 1 dan 2, pariwisata di bali turun drastic. Kemudian pemerintah menggalakkan kunjungan domestik dengan libur nasional yang dipindahkan mendekati sabtu minggu, sehingga turis domestic punya waktu liburan yg cukup untuk berkunjung ke beberapa daerah wisata di tanah air.

Hasilnya di bali kembali rame oleh wisatawan khususnya domestic dan yg luar biasa transaksi ekonomi wisatawan domestic lebih tinggi dari wisatawan asing. Dan ini menggerakkan ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Pusat souvenir dan oleh-oleh juga rame oleh pengunjung domestic yang memang senang dg souvenir dan oleh-oleh khas suatu daerah. Berbeda dengan wisatawan asing yang lebih senang berjemur di pantai dan main di club-club malam. Mereka membawa pengaruh budaya yg belum tentu cocok dengan budaya Indonesia.

Dengan jumlah penduduk 240 juta jiwa dan ragam suku bangsa, menjadikan Indonesia kaya akan khasanah budaya baik itu kesenian, termasuk di dalamnya kuliner. Terkait kuliner misalnya 10 tahun terakhir pertumbuhan usaha kuliner di kota-kota Indonesia sangat tinggi. Bermunculan pengusaha-pengusaha muda di bidang kuliner dengan kreativitas memadukan kuliner tradisional dan modern. Beberapa kuliner lokal sudah banyak yang franchise kan di dalam dan luar negeri. Sebuah potensi ekonomi yang luar biasa, dan bisnis kuliner bersifat never ending karena terkait kebutuhan dasar kita.

Demikian juga SDM Indonesia bila dikelola dengan baik dan memberikan daya dukung luar biasa untuk pertumbuhan negeri ini. SDM Indonesia memiliki keuletan dan daya tahan terhadap krisis yang luar biasa, disamping kemampuan intelektual yang tidak kalah dari SDM asing. Banyak SDM kita yang tertahan di luar negeri karena keahlian yang dimilikinya diharga tinggi di sana, sementara di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Dengan system pendidikan yang baik maka SDM kita menjadi SDM-SDM unggul yang bukan hanya bermanfaat di negeri ini, tapi juga dapat bersaing di level global. Malu kita kalau kita mesti mengeksepor SDM dengan pendidikan rendah ke luar negeri.

Belum lagi bicara kekayaan alam yang tersimpan di perut bumi, potensi cadangan emas, cadangan minyak dan gas bumi, cadangan batu bara, hutan tropis terbesar ke 2 di dunia. Sayangnya kita lebih banyak jadi penonton di negeri sendiri, kekayaan alam kita dikeruk dibawa ke luar negeri dengan konsesi yang sangat tidak imbang. Andai pemimpin negeri ini lebih berpihak kepada rakyat bukan semata pemilik modal, ekonomi Indonesia bisa menjadi yang terkuat di asia. Kekayaan laut yang merupakan 70% dari wilayah Indonesia jg luar biasa, saya nelayan kita masih masuk kategori profesi termiskin.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius, ramah tamah dan berbudaya. Ragam agama, ragam suku bangsa dan budaya, menjadi kekayaan tersendiri. Tingkat toleransi sangat tinggi, negera mengakui keberadaan masing-masing agama dan hari besar agama-agama menjadi hari libur nasional. Itu berlaku bukannya hanya bagi agama mayoritas tapi seluruh agama. Kalaupun masih terjadi beberapa pertikaian atas nama agama, lebih banyak karena riak-riak politik sejumlah elit yg terkadang mengorbankan masyarakat kecil. Dan seiring dengan waktu permasaahan tersebut sudah berkurang drastic, sehingga suasana menjadi lebih kondusif untuk berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun