Mohon tunggu...
DaMoel57
DaMoel57 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Politik dan Sepak Bola

15 November 2017   23:41 Diperbarui: 15 November 2017   23:56 3206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pesepakbola juga manusia. Pesepakbola juga warga negara yang memiliki pemikiran dan opininya masing-masing. Wajar juga jika beberapa di antara mereka memiliki kesadaran politik yang lebih tinggi daripada yang lainnya. Karenanya, apa yang dikatakan oleh Gerard Pique baru-baru ini, jika bukan sesuatu hal yang baru, adalah sesuatu yang yang niscaya, namun ditutupi dengan kenaifan anggapan bahwa "sepakbola tidak boleh dicampuri oleh politik".

Begitu Indonesia menembus final Piala AFF 2010, Nurdin Halid selaku Ketua PSSI langsung memborong pemain ke rumah Aburizal Bakrie untuk bersilaturahmi. Sebelumnya, di tribun kehormatan, rombongan Presiden SBY meloncat-loncat kegirangan ketika Christian Gonzalez membobol gawang Filipina yang mengantarkan Indonesia menembus final untuk ketiga kalinya. Dua fakta itu mencerminkan betapa sepakbola telah menembus jagad politik di Indonesia. Meski buru-buru Golkar membantah jamuan Tim Nasional Indonesia itu untuk investasi politik jelang Pemilu 2014 yang pasti langkah itu tetap jadi tanda tanya kita bersama.

Bagi seorang pemain sepakbola, kualitas diukur di atas lapangan bukan dengan berapa jumlah uang yang telah digelontorkan untuk pengakuan itu. Mereka mempertaruhkan dua kaki untuk meraih cita-cita semua bagi orang yang ingin kebanggaan itu kembali menancap di bumi pertiwi ini. Itulah kesejatian seorang pemain sepakbola. Pemain sepakbola merintis dari bawah, bukan sebuah proses instan yang serba mendadak bahkan cenderung mengabaikan nilai-nilai kesejatian. Para penggila bola di tanah air pun menyadari proses itu dan karenanya mereka rela merogoh kantong sampai 500 ribu untuk menyaksikan aksi para pemain.

Nyaringnya suara gemuruh penonton yang selalu memadati stadion tempat Tim Nasional Indonesia bertarung demi lambang "GARUDA DI DADAKU" menjadi indikasi besarnya pengaruh sepak bola bagi berbagai bidang di Indonesia. Tidak hanya kaum adam, kaum hawa bahkan hingga anak-anak pun setia mendukung Tim Nasional di mana pun mereka bermain. Kelicikan oknum politik ini dapat merusak keindahan sepak bola kita jika terus dibiarkan. Setelah mendapat diblokir dari persepakbolaan internasional selama kurang lebih 2 tahun semoga kita dapat tetap mendukung sepak bola Indonesia tetap berkembang.

Politik adalah hal penting dan penuh dengan kekuatan, namun hal ini dapat mengganggu jalannya kemajuan persepakbolaan. Jauhkan sepak bola dari politik, jangankan partai politik, nuansa politik masuk saja sudah merusak sepak bola itu sendiri. Kita dukung Indonesia supaya bisa bersaing di kancah Internasional dan berprestasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun