Mohon tunggu...
Suzanna Hadi
Suzanna Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Maarifat

Ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jalan Panjang Menuju Sekolah Idaman

7 Oktober 2021   06:54 Diperbarui: 7 Oktober 2021   06:57 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menjadi calon birokrat, masih menjadi harapan bagi sebahagian orang tua terhadap anak-anaknya. Karena itu jalan menuju kesana diupayakan semaksimal mungkin. 

Caranya bisa dengan mengikuti test calon pegawai negeri sipil yang selalu diadakan oleh pemerintah beberapa kali dalam setahun atau bisa juga melalui sekolah menengah atau perguruan tinggi yang dibina oleh masing-masing kementrian.

Tidak ada yang salah bila orang tua menginkan masa depan yang terbaik bagi putra-putrinya, malah memang sebaiknya begitu, bahkan menjadi kewajiban bagi setiap orang tua untuk menyiapkan masa depan yang cerah bagi anak-anak mereka. 

Bagi sebahagian orang tua yang mempunyai kemampuan dalam bidang ekonomi, menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin adalah sebuah keniscayaan, bahkan kalau perlu sang anak disekolahkan di sekolah yang bertaraf internasional atau ke luar negeri sekalipun akan diusahakan. 

Pepatah yang mengatakan kasih orang tua sepanjang jalan bisa diterjemahkan ke dalam masalah ini. Demi anak-anak tercinta, apapun akan dilakukan oleh orang tua.

Hari masih pagi, jam delapan lewat lima menit waktu Jepang, artinya masih jam enam lewat lima menit waktu Indonesia bagian barat. Cuaca mulai berangsur-angsur dingin, karena akan memasuki musim dingin. 

Saya sedang asyik membuka-buka kotak inbox di email saya ketika tilpun di messenger saya berdering-dering. Saya klik tanda accept di PC dan diseberang sana terdengar suara "assalamualaikum"...., alaikumsalam" saya menjawab.... 

Hmm.... Ami atau tepatnya Mislawati, teman karib saya sejak masih di SMP Pekanbaru tahun 1976/1977 s/d 1978/1979 dan itu artinya sudah puluhan tahun yang lalu.

 Terakhir saya bertemu dengan Ami bulan Desember 2009, ketika saya dan suami berlibur akhir tahun di Indonesia. 

Banyak hal yang kami bahas, sebagai layaknya teman lama yang telah sangat lama tidak bertemu. Paling tidak sejak saya pindah ke Jakarta pada tahun 1992 untuk bekerja dan melanjutkan pendidikan saya ke strata dua di UI, untuk kemudian mengikuti suami ke Jepang.

 "Apa kabar" lanjutnya,
"Alahmdulillah baik" jawab saya
Kemudian obrolan dilanjutkan dengan menanyakan kegiatan kami masing-masing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun