Mohon tunggu...
Slamet Samsoerizal
Slamet Samsoerizal Mohon Tunggu... Penulis - Fiksi dan Nonfiksi

Penggagas SEGI (SElalu berbaGI) melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Langkah Haji Darip, Sang Panglima Klender

16 Agustus 2022   22:53 Diperbarui: 16 Agustus 2022   22:58 1331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tahukan Anda, bahwa Jalan Bekasi Timur Raya hingga batas Jalan Ahmad Yani di kawasan Jakarta Timur, diubah menjadi Jalan Haji Darip? Pengubahan ini terjadi saat ulang tahun ke-495 DKI Jakarta.

Tahukah Anda, bahwa nama tokoh Betawi yang namanya diabadikan menjadi jalan tersebut, tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta? Makamnya menyendiri, di Pemakaman Wakaf Ar-Rahman Jalan Tanah Koja II, Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur.

Generalissimo van Klender  

Dirangkum dari berbagai sumber, pria asli Betawi kelahiran 1886 itu memulai perjuangan melalui dakwah dari satu musala ke musala di kawasan Klender. Putra pasangan jawara silat asal Klender bernama Haji Kurdin dan Hajah Nyai Mai kelahiran 1886 tersebut sejak kecil acap dipanggil Mad Arif lalu Madarif lantas saat dewasa menjadi Darip.

Menurut penuturan Haji Aselih -- sesepuh Klender, Haji Darip adalah sosok yang sangat disegani di wilayah Klender, Bekasi, dan sekitarnya. Selain dikenal sebagai mubaligh, juga jago silat atau maen pukulan.

Karena dakwah dan syiar Islamnya itu, murid dan pengikut Haji Darip lambat laun terus bertambah.  Darip yang sejak kecil menempuh pendidikan agama dan belajar,  kemudian dikenal sebagai jawara dengan wilayah kekuasannya meliputi Klender, Jatinegara, serta Pulo Gadung Jakarta Timur.

Mengilas balik perjalanan hidupnya, sebelum menjadi ulama di Jakarta, Haji Darip selama bertahun-tahun menjadi mukimin di Tanah Suci Mekkah dan Madinah. Selama di sana, dia banyak bergaul dengan tokoh-tokoh Islam dari berbagai negara.

Inilah yang mengilhaminya untuk turut terlibat dalam pergerakan kemerdekaan sekembalinya ke Tanah Air. Ia mengawali perjuangan dengan berdakwah di sebuah musala kecil di Klender. Di sini bergabung juga sejumlah ulama dari Klender yang juga pejuang seperti KH Mursidi dan KH Hasbiallah.

Sejarawan Alwi Shihab menulis, ketika Jakarta dikuasai serdadu NICA Belanda yang mendompleng tentara sekutu, Haji Darip dan kawan-kawannya itu hijrah ke pedalaman Cikarang - Karawang - Purwakarta dan membentuk BPRI (Barisan Pejuang Rakyat Indonesia).

Sebuah brosur dari Angkatan 45 Daerah Khusus Ibukota tanggal 17 Agustus 1985 -- empat tahun setelah Haji Darip meninggal dunia -- menyebutkan, Haji Darip pada zaman penjajahan Belanda, berjuang bersama Bung Karno bergerak di bawah tanah, terutama di Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Karena keberanian dalam memimpin pasukan, ia digelari Panglima Perang Klender atau Generalissimo van Klender .

Agamais

Haji Darip mengawali perjuangan dengan berdakwah di sebuah musala kecil -- kini bernama Masjid Al-Makmur,  di Klender. Lalu membina masyarakat Klender dalam meng-kaji Islam secara kaffah, bersama- sama sahabatnya: KH Maisin, KH Mursidi dan KH Hasbiallah KH Ahmad Zayadi.

Meskipun kondisi Klender sekarang dihuni oleh beragam suku dan agama, namun jejak keislaman masih tetap dominan. Selain perguruan Islam yang masih berdiri seperti Al Falah, masjid, musala, yang bertebaran di wilayah Klender, juga terdapat Pondok Pesantren Az- Ziyadah.

Pondok Pesantren yang didirikan pada 1948 oleh KH Ahmad Zayadi ini, hingga kini mengalami kemajuan luar biasa.  

Teladan yang diberikan para tokoh, terutama Haji Darip membekas pada sikap warga Klender dan sekitarnya.

Wafat

Haji Darip tidak memedulikan gelar veteran dan pahlawan yang diberikan pemerintah kepadanya. Pada masa senjanya ia menghabiskan waktu untuk tetap berdakwah di Klender dan sekitarnya.

Pukul 01.00, 13 Juni 1981, Haji Darip tutup usia. Sebelumnya, ia sering menderita sakit kepala sebagai akibat dari penyiksaan-penyiksaan didapat ketika menjadi tahanan. Atas permintaan teman-teman seperjuangannya di kesatuan Dewan Harian Angkatan 45 DKI Jakarta, Haji Darip diminta dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Menurut sumber di Angkatan 45 Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sepeninggal pejuang yang tidak mengenal pamrih itu, pensiunan dan tunjangannya dicabut. Sedangkan rumahnya terkena proyek pelebaran jalan dan tergusur.

Hanya makamnya saja yang kini tersisa di dekat bekas kediamannya. Haji Darip dimakamkan di Pemakaman Wakaf Ar-Rahman Jalan Tanah Koja II, Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun