Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Raih Tahta Dusta di Simpang Caktawala

24 Oktober 2020   22:57 Diperbarui: 24 Oktober 2020   23:00 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Teruntuk kau yang mendadak besar oleh gelembung-gelemung udara. Tampak cepat mengembung seperti balon. Sejatinya miskin etika dan melarat nurani. Meski seolah kaya puja puji. Bagai didudukan di strata tinggi oleh para keblinger tipu-tipu muslihatmu. Aslinya berdasi bukan berpeci pun tak luwes.

Makanan menyehatkan itu bersertifikat halal dan dipastikan menyehatkan bagi para menyantap. Tak main label kehalalan agar dicap sebagai halalan toyiban juga. Lazim siapa pun dianjurkan usaha demi raih cita-cita. Tapi hindari halalkan segala cara.

Ngenas, simak dinding kolbu tak sewajarnya kau bercorat-coret. Berkoar di cakrawala, sesumbar di dinding langit, serperti ajengan luhur. Fakta minus intelektualitas tapi mengaku tinggi ilmu. Tetapi aksara langit melafalkan rendah alhak. Wajar seolah tak berdosa  kerap meludahi gudang guru.

Lama kau sibuk bergincu tuk tetap tampil gagah. Bagi penelaah hening seiring kualitas keilmuannya tak canggung menyemprotnya. Tapi kau dibela para cekak nurani. Cemas sih tidak kau itu besar nyali tetapi terkikis integritas di muka para religius di tengah khalayak.

*****

Bekasi, 24/10/2020

#esawe.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun