Sahabat, siapa pun engkau adalah bunga surga. Berjiwa halus dan pekertinya mulus bak permadani. Mampu menjadi tanah lapang berumput hijau yang ihklas. Tak mengeluh atau kesal meskipun mereka hadir tanpa permisi. Lalu mereka berperilaku sembrono, melunjak, tergopoh-gopoh, berduduk seenaknya, hingga menoreh noda harga diri.
Katamu pamong yang baik harus lengkap bekal dengan nano-nanonya. Memahami ada perilaku bayi, kenakalan remaja, adakalanya yang datang berjiwa ideot dan, atau autis tetap dilayani penuh kasih sayang. Tak harus risih, kesal dan mengumpat. Suka cita menyuguh berhias senyum lembut. Semata sadari tunaikan peran dalam tugas.
Terlebih memaknai kerja itu ibadah sehingga tak ada jawab tanpa siap. Dari mana bisa melakukan dan dari sisi apa berupaya tuk mampu. Bahkan, kalau palah pilih itu sejatinya mental nan rapuh. Ahlak baik katamu bertebal selimut penyabar.
Ibadah tekadmu tanpa harus dikomdando tetapi mengalir laksana air. Di tiap yang dilalui ada rasa kesejukan. Menolong yang membutuhkan dan membantu kepada tak mampu. Bicara hal ini, katamu tidak bisa memilih tempat dan jadwal rapi. Suka atau tidak tempat tersebut tetap jalani. Darurat itu mendesak tujuannya banyak jiwa terselamat. Jika sebaliknya, katamu bukan ihklas tetapi tamak.
Syukurlah sahabat, jiwamu telah matang makin memahami seperti apa peran terbaik. Tidak seperti aku, mentah walau usia melampaui tetapi kedewasaan belum terlampaui. Lanjutkan sobat, kebaikan orang lain wajib diapresiasi. Keburukan pun katamu tak boleh dibalas kejelekan.
Kau anjurkan, kita berupaya bisa tumpas keburukan dengan perilaku baik lagi santun. Sungguh mulia perangai ini kawan. Sayangnya, kita sering terhalang EGO, KELUPAAN oleh alasan, dan KHILAF yang disengaja sehingga urung melakukannya.
*****
Bekasi, 22/10/2020
#eSAWe.