Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Semerdu Senandung Hati Sahabat

22 Oktober 2020   06:01 Diperbarui: 22 Oktober 2020   06:27 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sahabat, siapa pun engkau adalah bunga surga. Berjiwa halus dan pekertinya mulus bak permadani. Mampu menjadi tanah lapang berumput hijau yang ihklas. Tak mengeluh atau kesal meskipun mereka hadir tanpa permisi. Lalu mereka berperilaku sembrono, melunjak, tergopoh-gopoh, berduduk seenaknya, hingga menoreh noda harga diri.

Katamu pamong yang baik harus lengkap bekal dengan nano-nanonya. Memahami ada perilaku bayi, kenakalan remaja, adakalanya yang datang berjiwa ideot dan, atau autis tetap dilayani penuh kasih sayang. Tak harus risih, kesal dan mengumpat. Suka cita menyuguh berhias senyum lembut. Semata sadari tunaikan peran dalam tugas.

Terlebih memaknai kerja itu ibadah sehingga tak ada jawab tanpa siap. Dari mana bisa melakukan dan dari sisi apa berupaya tuk mampu. Bahkan, kalau palah pilih itu sejatinya mental nan rapuh. Ahlak baik katamu bertebal selimut penyabar.

Ibadah tekadmu tanpa harus dikomdando tetapi mengalir laksana air. Di tiap yang dilalui ada rasa kesejukan. Menolong yang membutuhkan dan membantu kepada tak mampu. Bicara hal ini, katamu tidak bisa memilih tempat dan jadwal rapi. Suka atau tidak tempat tersebut tetap jalani. Darurat itu mendesak tujuannya banyak jiwa terselamat. Jika sebaliknya, katamu bukan ihklas tetapi tamak.

Syukurlah sahabat, jiwamu telah matang makin memahami seperti apa peran terbaik. Tidak seperti aku, mentah walau usia melampaui tetapi kedewasaan belum terlampaui. Lanjutkan sobat, kebaikan orang lain wajib diapresiasi. Keburukan pun katamu tak boleh dibalas kejelekan.

Kau anjurkan, kita berupaya bisa tumpas keburukan dengan perilaku baik lagi santun. Sungguh mulia perangai ini kawan. Sayangnya, kita sering terhalang EGO, KELUPAAN oleh alasan, dan KHILAF yang disengaja sehingga urung melakukannya.

*****

Bekasi, 22/10/2020

#eSAWe.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun