Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berkompetisi Sempurna Kedepankan Nurani Kesejukkan yang Mengalir

23 September 2020   04:45 Diperbarui: 23 September 2020   04:55 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kejujuran bukan menghiba tuk dapat sesuatu dan dimengerti siapa saja. Tetapi kembang mekar yang semerbakkan wanginya tanpa diminta. Juga tak memberikan pada siapa pun. Biarkan langit mengabarkan, biarkan mega mega menawarkan, biarkan angin membisikan dan hujan yang mecerahkan. Karena keindahan bukan rekayasa tapi anugrah semesta.

Jika pengertian itu bibit kesetiaan, petiklah bunga dari tangkainya tak seperti kumbang. Memandang, mencium, menghisap sarinya lalu tak peduli. Terserah dia layu atau bahkan mati. Kesetiaan itu memerima apa adanya dan tak lagi ungkit riwayat yang pernah diceritakan. Jadi cintailah cinta sepenuh jiwa. Jangan memuja dia itu nafsu bermesiu rayu, jika pecah sengketa kan meganga.  

Berkompetisilah sempurna, berhampar permadani, berpayung langit dan berpagar tepi lautan. Diamkan samudera bergelora di dada melabuhkan hasrat hasrat dalam dharma yang terbungkus rasa. Meski tanpa suara pesannya menggema, meski tanpa menatap auranya menjelma. Dialah yang bergerak dalam satu langkah ada cipta, karsa dan karya. Itulah kharisma.

Sayang kini yang terjadi, jauh dari tepi pantai tetapi buihnya yang menjilat jilat. Menggendong angin tanpa memikul air dan bergerobak retorika. Selebihnya akting, main klaim, mendiskreditkan dan fitnah. Nafas terengah engah dan berliur liur tawarkan mimpi dan obral janji.

*****

Bekasi 230920.

##Slamet Arsa Wijaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun