Mohon tunggu...
Clarenza A
Clarenza A Mohon Tunggu... Sales - Writer and creator

Belajar memaknai / Twitter @skyclarrr

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Jalan Kaki di Indonesia

22 Mei 2020   09:38 Diperbarui: 22 Mei 2020   14:49 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash.com/@findracadabra

Pernahkah kalian terjebak dalam situasi dimana sedang macet parah, lalu pengguna sepeda motor mulai gerah dan lelah sehingga memilih untuk menaikkan motor mereka ke trotoar yang sepi dengan tujuan dapat menerobos jalanan lebih cepat tanpa hambatan? Mungkin kalian dari dalam mobil hanya bisa geleng-geleng membatin, "enak banget, woy! Gue juga mau nyelip-nyelip biar cepat!" 

Hal tersebut memang salah menurut aturan yang ada. Pengguna kendaraan bermotor tidak seharusnya menggunakan trotoar yang diperuntukkan bagi pejalan kaki. Itu sama saja dengan merampas hak pejalan kaki dalam menggunakan fasilitas publik. Motor dan mobil tempatnya di jalan raya, bukan di trotoar. Tapi pernah tidak kalian berpikir kalau penyebab pengguna sepeda motor suka sengaja masuk ke trotoar itu karena tidak ada dan jarang pejalan kaki yang menggunakan trotoar tersebut? 

Ya, ngapain juga gak boleh lewat trotoar? Toh trotoarnya sepi gak ada yang jalan disana. Jadi meskipun melanggar yang penting aman dan tidak membahayakan

Semakin sedikit pejalan kaki menjadikan trotoar sepi dan hal itu jadi alasan yang  masuk akal jika pengguna sepeda motor ingin menerobos ruwetnya jalanan dengan cara melewati trotoar.  Kan nggak bakal nabrak pejalan kaki, wong pejalan kakinya gak ada yang lewat di trotoar, kok!

Buruknya, kebiasaan tersebut membuat warga asing di Indonesia juga ikut-ikutan naik motor tapi di trotoar. Meski kita tidak tahu apakah warga asing itu belajar dari kita atau memang karena mereka orangnya suka melanggar, Warga negara asing juga pasti menilai bagaimana masyarakat Indonesia dalam berkendara dan menghormati pejalan kaki. Seperti yang dilakukan oleh Nicholas Saputra dalam menghadang pengguna motor bule yang sengaja lewat di jalur pejalan kaki. Salut dengan keberaniannya disini.

fimela.com
fimela.com
Cukup ironis dan bikin gemas. Bisa-bisanya trotoar di Indonesia sepi pejalan kaki. Mungkin itu juga salah satu penyebab pemerintah daerah malas membuat trotoar yang layak dilewati karena sudah tahu budaya masyarakat kita yang ogah jalan kaki panas-panasan. Munculnya transportasi umum yang murah dan pasti lebih cepat juga membuat jalan kaki tak lagi menjadi pilihan. Belum lagi ancaman dicopet atau dijambret ketika jalan kaki juga masih sangat memungkinkan.

Saya sebagai seorang yang hobi jalan kaki merasakan betul bahwa budaya jalan kaki di Indonesia adalah suatu hal yang 'gak banget' bagi sebagian besar orang. Di kampus, saya sering mengajak teman-teman saya untuk jalan kaki ke suatu tempat. Jaraknya hanya sekitar 500 meter saja. 

Namun mereka menolak ajakan saya dan akan ikut jika naik taksi online. Saya bertanya apakah dia sedang sakit atau kakinya tidak bisa dibuat berjalan jauh. Rupanya alasannya karena tidak suka jalan kaki dan dia tidak terbiasa jalan kaki sejauh itu. Tapi baiklah, saya menghargai pilihan orang lain yang berbeda dengan saya. Tidak masalah. 

Di kampus saya juga ikut kelas Bahasa Korea yang mana guru yang mengajar adalah orang Korea asli. Jadi seperti ekspatriat atau tenaga kerja asing yang dikirim dari Korea untuk mengajar di Indonesia dalam periode tertentu. Suatu hari ketika kelas, guru Korea saya bertanya pada murid-murid tentang materi jarak, waktu, dan transportasi. 

Kita diberi pertanyaan kalau dalam Bahasa Indonesia kira-kira begini, "Dari kampus ke Royal Plaza berapa menit dan pakai apa (transportasinya)?" Kebanyakan dari murid-murid menjawab naik taksi online, motor, ataupun mobil untuk sampai kesana. Lalu si guru Korea ini berkata bahwa dari kampus ke Royal Plaza ia biasa jalan kaki! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun