Mohon tunggu...
Skolastika Devi
Skolastika Devi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Student at Diponegoro University

love to write and read

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Perubahan yang Tak Kunjung Baik

19 September 2016   19:22 Diperbarui: 19 September 2016   20:20 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semarang, 19 September 2016

Kepada

Yang Tercinta Planet Bumi

Salam sejahtera,

Halo Bumi, apa kabarmu? Aku disini baik-baik saja. Aku kira kamu tidak sepertiku saat ini. Benar, bukan? Sebelumnya kenalkan dulu namaku Skolastika Devi Kusuma Christiani, biasanya orang-orang memanggilku Ola. Aku ini salah satu penghunimu, sobat. Usiaku 16 tahun 2 bulan dan aku hanya anak SMA biasa yang sedang ditugaskan untuk mengirimmu sebuah surat.

Dari cerita guru-guru dan penetua-penetua di negeriku, ternyata generasikulah yang membuatmu seperti ini. Perubahan besar banyak terjadi pada dirimu dan katanya itu karena generasiku. Bukan hanya nampak luarmu melainkan juga organ dalammu. Hijau yang dulu banyak mewarnai tubuhmu sudah banyak terkelupas, bung, meninggalkan pigmen warna biru ditubuhmu yang semakin banyak memperlihatkan bahwa kau tak lagi muda dan berspirit seperti dulu. Kulitmu yang kuat dan tebal juga mulai menipis melukai bagian dalam tubuhmu. Serta penyakit dalammu yang semakin kritis dari waktu ke waktu.

Aku mewakili kerabat-kerabatku ingin mengucapkan minta maaf sebesar-besarnya. Hutan yang dulu menghangkatkan tubuhmu tak ada lagi sekarang. Kami membutuhkannya untuk tinggal, bung. Tapi ya apa daya kami ini hanya manusia biasa, rasa serakah menguasai kami saat ini dan rasa egois menyelimuti hati kami. Aku dan penghuni lain tak kunjung menanam ulang pohon yang kami cabut melainkan mendirikan sebuah bangunan tinggi yang tujuannya adalah menaklukan tubuhmu.

Kami juga mohon maaf karena ilmu pengetahuan yang kami miliki tidak kami gunakan dengan bijaksana. Robot-robot yang dibuat dengan tujuan membantu kami malah melukaimu, tempat tinggal kami. Mesin pendingin di ruangan ini, tempatku menulis sekarang, rupanya ia adalah anggota keluarga besar, sobat. Sekarang saja sudah ada dia dan 2 saudaranya, belum lagi di ruang sebelah, sungguh banyak tak terhingga. Kandungan didalamnya lah yang mempercepat penuaanmu, menipiskan kulitmu.

Aku ceritakan lagi tentang yang guruku katakan, orang-orang disekelilingku yang kau sebut sebagai bakteri penghuni tubuhmu ini makin menjadi-jadi. Bukan hanya mencari cara untuk bahagia melainkan untuk bahagia dan menyengsarakan orang lain dengan bersikap dan berkata-kata manis di kalayak ramai , itulah yang pendiri-pendiri negeriku lakukan saat ini. Para tikut-tikus rakyat, bagi kami penghuni Bumi dan para bakteri parasit, bagimu sobat. Bisa-bisanya mereka menggunakan uangku dan penghuni lainnya untuk berfoya-foya demi kenikmatan duniawi, sudah gila. Lalu ada gerombolan generasiku yang tak tahu mendapatkan ajaran dari siapa, ia bisa-bisanya membuang sampah kedalam suatu tempat berair dalam tubuhmu yang biasa aku sebut dengan sungai, itu adalah organ transportasimu dan sampahnya akan menghambat kelancaran peredaran cairan yang berguna untukmu. Organ-organ tubuhmu yang lain terganggu dan penghuni-penghunimu kembali berduka karena dengan peristiwa yang biasa kami sebut dengan banjir ini bisa saja menybabkan kami kehilangan orang-orang yang kami cintai.  Untung saja sekarang ada penetua negeriku yang muncul dari golonganku, penghuni biasa menempati jabatan tertinggi di negeri ini, sebagai presiden. Namanya Joko Widodo, dia orang baik dan banyak orang mempercayainya untuk bisa memperbaiki kondisi dalammu. Kami menunggu beberapa saat untuk perubahan itu dan sekarang sudah berubah sedikit demi sedikit, kami berharap makin banyak orang sepertinya.

Sehingga apa yang aku baca dinovel berjudul ‘Hujan’ kemarin tak akan terjadi. Disana diprediksi bahwa kami akan pergi pengkhianatimu, meninggalkanmu dengan kondisi sekarat, pindah ke tempat kerabatmu yang lain, planet Saturnus, planet Mars, dan planet lainnya. Aku berharap agar aku dan generasiku bisa memperbaikimu, memunculkan kembali warna hijau yang dulu sempat ada, menghilangkan kesakitan organ dalammu yang saat ini sedang kritis, menebalkan kulitmu dan sekarang sudah tipis, merubah segalanya yang sudah tak lagi baik.

Aku kira cukup sekian surat dariku, aku berharap Planet Bumi mau menerima permohonan maafku mewakili kerabat-kerabat yang lain. Aku meminta restu dan doa darimu agar aku dapat melakukan hal-hal terbaik yang aku punya demi memperbaikimu. Tunggulah suratku selanjutnya, saat mungkin nanti akan terjadi perubahan dirimu, perubahan baik maupun perubahan buruk, tapi kuharap yang baiklah yang bisa kukirimkan.

Salam sejahtera.

Penghuni Bumi

Ola

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun