Mohon tunggu...
Muhammad Zaki Al-aziz
Muhammad Zaki Al-aziz Mohon Tunggu... lainnya -

Jangan biarkan dirimu menderita dua penyakit. Pertama rabun membaca dan kedua lumpuh menulis. Ingatlah selalu pesan Al-Ghazali "Jika engkau bukan anak raja/ustadz maka menulislah". \r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak-sajak Pahlawan

21 Agustus 2011   17:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:35 2081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Teruntuk Kartini

Dibalik jendela itu kau torehkan juang

Meratap langit, mentari tak urung bersinar

Tangan masih terkepal diantara kedua kaca jendela

Menatap kehidupan diantara pegabdian dan perjuangan

Meski kau terkerangkeng dalam istana

Tak jua membuatmu gusar akan pengabdian

Serta merta kembang mekar dari bingkainya

Kini mentari senantiasa mengingat padamu

Muhammad zakii Al-Aziz

2011

Mewangi Dalam Cita-mu (R.A Kartini)

Lentera api merambat citamu

Menjalar pada setiap carik kertas juangmu

Engkau ukir torehan sejarah reksamu

Menukil kekuatan pada setiap jiwa putrid bangsa

Engkau mewangi dalam cita-citamu

Semilirnya merona dari sabang hingga merauke

Menebar rintik hujan pada setiap bunga

Memgembangkan setiap kuntum bunga yang layu

Muhammad Zakii

2011

Yang Telah Pergi (Franky)

Pagi, kubuka hari diiringi suara alam

Burung cungcuing tepat diatas atap rumah

Riuhnya menyebar nada kematian

Membumbui relung pagi dikala mendung

Bumi sedang bersedih, alam pun juga

Semisal burung cungcuing bersinggah di atap rumahku

Bersemayam pula lah irama sedih menggugah hati

Saat aku tahu seorang pahlawan negeri telah kembali untuk pergi

Ke dua pasang mata syahdu lembut

Menggenang air mata berlinang sedih

Ketika menatap dia terbaring menegak langit

Aku tertunduk layu merenungi nyanyian yang kau toreh

Yang Telah Pergi

Aku ataupun kita, kini kehilangan seorang pahlawan

Yang senantiasa menggertak dunia dengan nada melengking

Berteriak lantang bak gemuruh memecah karang

Aku merelakan dia pergi bersama malaikat dan bersama air mata yang menetes

Masih aku ingat kala lirik itu menggema ragaku

Nyanyiannya adalah replika kehidupan

Mencitrakan jiwa seorang pecinta bumi negeri

Suaranya gamang berirama kejujuran hati

Kini kau telah kembali

tapi namamu selalu terpatri dalam hati

Suaramu tak pernah redup di negeri ini

Walau hadirmu tiada akan pernah lagi ditemui

Muhammad Zakii Al-Aziz

2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun