Selain karena Allah, tanpa bantuan dan pertolongan dari orang lain/pihak lain, Anda tidak akan dapat/meraih apa-apa. Tanpa Anda membantu/menolong orang lain, Anda tidak akan merasa mendapat apa-apa, sekali pun sekadar senyuman bahagia. Bersyukur berterima kasihlah, dan selalu ingatlah, ada orang lain/pihak lain yang pernah/masih menolong Anda.
(Supartono JW.18022025)
Tagar Indonesia Gelap trending di media sosial X alias Twitter, sejak Senin malam (17/2/2025). Tagar ini bergema sebagai cerminan kekecewaan masyarakat terhadap sejumlah kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Aksi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) dan berbagai elemen masyarakat sipil terjadi, sebab berbagai kebijakan pemerintah dinilai tidak berpihak pada rakyat, terutama dalam hal pendidikan, agraria, dan keadilan sosial.
Mahasiswa dan aktivis sosial pun menggunakan tagar "Indonesia Gelap" sebagai simbol perlawanan terhadap kondisi yang mereka anggap semakin memburuk.
Ingat buku driver dan passanger
Atas kondisi Indonesia terkini, hingga demonstrasi besar-besaran terjadi lagi, saya jadi ingat kisah dalam buku yang ditulis Prof. Rhenald Kasali, Ph.D., tentang driver dan passanger.
Pertanyaan saya, sesuai buku itu, dalam kondisi terkini, pemerintahan Prabowo ini, statusnya driver untuk rakyat? Atau malah masih menjadi passanger karena terbebani oleh janji politik sendiri dan janji dengan pemerintahan sebelumnya karena utang dengan oligarki?
Karena apa pun kebijakan yang dibuat, pada akhirnya rakyat yang dikorbankan. Mereka juga hanya mengandalkan uang rakyat atau kasarnya menjalankan pemerintahan, menumpang dari uang rakyat.
Sikap pemerintah dan para pejabatnya, yang selama ini terus ada di zona nyaman, menumpang hidup dari uang rakyat, tetapi membuat rakyat menderita dengan kebijakan yang dibuat, dalihnya untuk rakyat.