Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memaknai Tanggungjawab dan Kewajiban

13 Februari 2023   10:19 Diperbarui: 13 Februari 2023   12:15 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang cerdas bertanggungjawab, terhadap kewajiban, tidak perlu selalu diingatkan.

(Supartono JW.13022023)

Sedih, betapa banyak kelompok/perkumpulan/kekeluargaan kegiatan kesenian, kebudayaan, olahraga dll, di Indonesia, yang dihelat oleh masyarakat (baca: swasta), tidak diperhatikan oleh pemerintah memalui kepanjangan tangannya (baca: stakeholder terkait). Pun, banyak pesertanya yang tidak bertanggungjawab terhadap kewajibannya.

Bicara tanggungjawab dan kewajiban, seharusnya para pemimpin, para orang kaya harta, para cerdik pandai, dan para-para lainnya yang cerdas dan kaya hati di negeri ini, menjadi teladan. Faktanya apakah sudah demikian?

Kendati pendidikan Indonesia secara umum masih tercecer dan tertinggal dari negara lain, negara belum mempu membuktikan  diri mengentaskan kecerdasan rakyat sesuai pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi...mencerdaskan kehidupan bangsa...,  namun, harus diakui, Indonesia sudah memiliki sekian persen orang-orang yang cerdas. 

Bahkan, sampai sekian persen orang-orang yang licik dan berbuat kotor, karena kecerdasannya dimanfaatkan untuk kepentingan dirinya sendiri, keluarganya, kelompoknya, golongannya, partainya, oligarkinya, dinastinya, hingga pemodalnya (baca:cukong). Demi mempertahankan dan memupuk kekekayaan, kesejahteraan, kekuasaan, jabatan, kedudukan, kelompok mereka sendiri.

Dalam menjalankan roda pemerintahan, pemimpin Indonesia yang dibantu oleh para menteri di berbagai bidang dan sektor, faktanya juga terus berkutat pada berbagai masalah. Termasuk banyaknya anggaran yang hanya diserap untuk mereka sendiri, dikorupsi, dll, tidak sampai menyentuh kehidupan rakyat yang fundamental. Buntutnya, nyanyian tentang penderitaan dan ketidakadilan rakyat Indonesia terus menggema, hingga ada rakyat di suatu tempat negeri ini, terus bergerilya, ingin memisahkan diri dari Indonesia.

Rakyat bergerak sendiri

Tidak kunjungnya rakyat sejahtera dan merasakan keadilan yang sama di berbagai bidang, banyak rakyat yang pada akhirnya bergerak sendiri, membuat kelompok/ organisasi/perkumpulan/kekeluargaan, dll yang tujuannya untuk mengakomodir masyarakat dalam mendapatkan kesempatan untuk terus belajar dan menyalurkan minat, bakat, hobi, dll di berbagai bidang yang ingin ditekuninya.

Atas kondisi ini, banyak pendiri kelompok/organisasi/perkumpulan/kekeluargaan, dll, karena kecerdasannya, karena pemahamnnya, tetap tutup mata dan menjalankan aktivitas, kegiatan, dan program-programnya, meski anggarannya tidak ada bantuan dari pemerintah melalui stakeholder terkait. 

Sebagai contoh, dalam bidang seni, berapa banyak perkumpulan seni dan budaya di Indonesia yang tetap dapat menyumbangkan prestasi untuk Indonesia, meski tanpa biaya operasionalnya, tanpa uluran tangan pemerintah melalui stakeholder terkait, sponsor, dan donatur?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun