Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Apakah Utopia, Sepakbola Akar Rumput Diurus yang Benar oleh PSSI?

22 Juli 2020   00:31 Diperbarui: 22 Juli 2020   00:41 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Supartono JW


Sayang, sepertinya, di kepengurusan yang sekarang, sepak bola akar rumput diurus serius, masih mimpi. Jadi, silakan saja mau ada yang namanya SSB, akademi, soccer-soccer-an diklat, bebas. Yang mau jadi operator turnamen atau kompetisi sepak bola akar rumput, juga bebas. Yang mau mendirikan SSB, akademi-akademi-an, soccer-soccer-an diklat, silakan, bebas. Karena, sementara aturannya memang dibebaskan oleh PSSI. Tapi, jangan marah bila siswa yang dibina nanti hanya dicomot atau ikut seleksi terbuka klub Liga 1 atau 2, ya?

Publik sepak bola nasional, khususnya para pembina di akar rumput (usia dini dan muda), rasanya tak perlu lagi terlalu menaruh harapan kepada kepengurusan PSSI saat ini menyoal tata kelola sepak bola akar rumput sebagai pondasi sepak bola nasional untuk disentuh dan dibenahi.

Pasalnya, hingga saat ini, kendati situasi dunia sedang dilanda pandemi corona, pun Indonesia, seharusnya menjadi momentum yang sangat pas bagi PSSI untuk benar-benar peduli dan mau mengurusi sepak bola akar rumput, terutama tentang tata kelolanya, keorganisasiannya, pembinaannya, hingga kompetisinya.

Sejak Sekolah Sepak Bola (SSB) menjamur di Indonesia, meski kehadiran dan keberadaan SSB nyata telah memberi andil dan kontribusi lahirnya pemain nasional mulai dari kelompok umur hingga senior, nyatanya kedudukan dan fungsi SSB di PSSI masih "kurang jelas".

Coba, apakah PSSI memiliki data ada.berapa jumlah yang pasti SSB yang ada di Indonesia? Berapa SSB yang layak dan memenuhi kriteria sebagai SSB dan berapa SSB yang tidak layak dan tidak memenuhi standar, namun tetap beroperasi?

Mengapa ada yang bernama SSB, akademi, soccer school, sampai diklat segala, tapi mengikuti festival/turnamen/kompetisi di level yang sama?

Ibarat anak-anak, SSB itu tak berayah dan tak beribu, dibiarkan berjalan sendiri dan berceceran tak beraturan, tak sama bentuk dan struktur, pun tak ada acuan dari induk sepak bola nasional bernama PSSI.

Seharusnya, PSSI dengan usia jelang 100 tahun, sudah memiliki peraturan tentang syarat berdiri dan bentuk organisasi SSB yang baku, serta ada afiliasi resmi SSB dari PSSI. Sehingga siapapun yang mendirikan dan mengelola SSB harus ada perizinan dan persetujuan dari PSSI.

Namanya saja sekolah, meski buntutnya sepak bola. Maka, hal-hal menyangkut dan terkait SSB juga harus ada rujukan yang berbau sekolah. Jadi, secara struktur keorganisasian, SSB harus bagaimana? Lalu, karena sekolah, maka SSB harus memakai kurikulum yang mana untuk pembinaan dan pelatihannya?

Lalu, bagaimana proses pembinaan dan pelatihan SSB yang benar. Bagaimana tata kelola manajemen hingga kompetisi SSB yang baku dari PSSI.

Hingga detik ini, saya menunggu pergerakan PSSI menyentuh persoalan mendasar dari keberadaan SSB ini, ternyata tidak pernah ada pembahasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun