Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ironi, Menpora Turun Gunung Menjadi Ketua Panitia Cabang Olahraga

11 Juli 2020   11:04 Diperbarui: 12 Juli 2020   12:12 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politisi Golkar Zainudin Amali usai bertemu Presiden Joko Widodo membicarakan posisi menteri (KOMPAS.com/RAKHMAT NUR HAKIM)

Ditunjukknya Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) sebagai Ketua Panitia Piala Dunia U-20 2021, memang cukup mengejutkan bagi publik sepak bola nasional. 

Publik bertanya, mengapa harus demikian. Lalu, apakah FIFA setuju, sebab pemerintah ikut campur, meski dalam konteks positif? Apakah hal ini tidak akan jadi bumerang, sebab pemerintah dianggap ikut campur dan intervensi dalam urusan PSSI?

Setelah menunggu perkembangan dalam beberapa hari ini atas penunjukkan Menpora sebagai Ketua Panita, rupanya sudah ada kabar baik yang dapat menutup keraguan dan pertanyaan publik sepak bola nasional, hingga artikel ini saya tulis.

Seperti sudah terpublikasi di berbagai media massa, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) telah menggelar rapat terbatas soal persiapan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2021, pada Rabu 1 Juli 2020. 

Rapat terbatas itu dihadiri oleh Menpora Zainudin Amali, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Menko PMK RI) Muhadjir Effendy, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, dan Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan.

Dalam rapat tersebut diputusakan bahwa kepanitiaan Piala Dunia U-20 2021 yang bernama Indonesia FIFA U-20 World Cup Organizing Committe (INAFOC) akan dimpimpin langsung oleh Zainudin Amali.

Mengapa Jokowi mengambil alih?

Sebab, biaya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 menggunakan APBN (Anggaran Pendapatan Belanda Negara). Dalam hal ini khususnya fasilitas seperti renovasi stadion venue utama, renovasi stadion penunjang, hingga fasilitas penunjang lainnya.

Namun atas pertanyaan publik dari pengambil-alihan panitia oleh Presiden Jokowi ini, Iwan Budianto yang ditunjuk sebagai Wakil Ketua INAFOC, mengungkapkan bahwa pembentukan INAFOC juga sudah dilaporkan PSSI kepada FIFA.

Iwan, sebagai Wakil Ketua Umum (Waketum) PSSI, menyatakan bahwa FIFA tak mempermasalahkan pembentukan INAFOC. Apalagi, INAFOC dibentuk sebagai upaya kerja sama antara pemerintah dan PSSI untuk mensukseskan Piala Dunia U-20 tahun depan.

"Kami sudah sampaikan ke FIFA. Hampir dua hari sekali zoom meeting dengan FIFA. Semuanya kita update dan berita-berita yang teman-teman masukan itu mendunia, FIFA bisa lihat juga berita yang keluar dari sini," ujar Iwan Budianto kepada awak media di GBK Arena, Senayan, Jakarta, Jumat (10/7/2020).

Iwan juga menambahkan, "Kami harus sampaikan juga bahwa tangan kami tidak bisa menjangkau kementerian-kementerian, karena itulah dibentuk INAFOC. Ini bukan sesuatu yang melanggar karena ini memang suatu kerjasama dengan pemerintah."

Atas penjelasan Iwan, minimal publik sepak bola nasional bisa sedikit lega. Meski untuk lebih yakin, harus ada bukti kuat yang menyatakan bahwa FIFA memang betul-betul setuju dengan panitia INAFOC yang dicampuri pemerintah meski dengan alasan APBD sekalipun. Sebab, memang kondisi ini masih dirasa aneh bagi publik sepak bola nasional.

Anehnya, PSSI sebagai federasi sepak bola tertinggi di Indonesia, sama saja dianggap tak mampu menjadi penyelenggara Piala Dunia U-20 oleh Presiden Jokowi.

Bila PSSI dianggap mampu, maka meski anggaran dari APBD, apa susahnya mempercayai PSSI dan stakeholder terkait dari pemerintah saling bekerjasama.

Lebih anehnya lagi, seorang Menpora sampai harus ditugaskan menangani event sebuah olahraga, padahal Menpora ini membawahi semua induk dan cabang olahraga di Indonesia, sekalipun eventnya piala dunia.

Dan, lebih dalamnya lagi, seolah event piala dunia ini, pemerintah juga tetap ingin dapat kecipratan nama baik. Padahal, bila PSSI dengan dukungan stakeholder dari pemerintah berhasil dan sukses menyelenggarakan Piala Dunia U-20, nama baik pun kan akan tersemat dan masuk catatan sejarah dunia, bahwa PSSI di bawah dukungan pemerintahan Presiden Jokowi, sukses menggelar Piala Dunia U-20. Jadi, mengapa seorang Menpora harus duduk sebagai ketua panitia?

Meski aneh dan agak lucu, ditunjuknya Menpora jadi ketua panitia Piala Dunia, faktor utamanya juga karena kondisi PSSI sendiri, yang memang masih belum layak dipercaya. Barangkali itulah mengapa Pak Presiden mengambil alih.

Selanjutnya, diwartakan pula oleh berbagai media, karena panitia INAFOC baru terdiri dari Ketua (Menpora Indonesia) dan Wakil (Waketum PSSI), dan struktur lengkap kepengurusannya, hingga saat ini belum ada, sang Ketya alias Menpora sudah menjanjikan jika INAFOC akan diisi oleh sejumlah unsur, mulai dari kemenpora, PSSI, TNI, Polri, hingga berbagai Kementerian dan Lembaga.

Tetapi perlu disimak juga apa kata Menpora menyoal pembagian tugas. Katanya untuk panitia INAFOC ini tidak ada pembagian tugas.

"Kami sama-sama buat kesuksesan ini, banyak yang harus dikoordinasikan dalam hal ini karena melibatkan banyak pihak. Seperti kementerian, gubernur, atau kepala daerah tempat venue itu berada, sehingga yang penting kerjasama."

Lucu juga, ya. Masa tidak ada pembagian tugas.

Kita tunggu progres INAFOC dan bukti persetujuan resmi FIFA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun