Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Selamat 90 Tahun PSSI, Bangunlah dari Mimpi!

19 April 2020   09:19 Diperbarui: 19 April 2020   09:16 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: doc. Supartono JW

Dalam dunia pendidikan, bila seorang anak menempuh jenjang pendidikan formal tanpa hambatan, maka saat anak tersebut berusia  30 tahunan-an sudah dapat meraih gelar doktor (S3). 

Lalu, berikutnya anak tersebut sekurangnya akan mendapat lahan pekerjaan semisal mendapat jabatan profesor, rektor, dekan, direktur, manajer seiring proses dan berjalannya waktu. 

Bila analogi jenjang pendidikan dan jabatan tersebut dikaitkan dengan waktu 90 tahun PSSI berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan PSSI saya ibaratkan sebagai sebuah wadah pendidikan, maka sudah berapa banyak PSSi melahirkan insan sepak bola nasional yang bergelar pendidikan doktor dan menjabat profesor, rektor, dekan, direktur, manajer dll? 

Sayang, hingga diusia 90 tahun, PSSI yang secara khusus hanya bertugas melahirkan prestasi sepak bola nasional untuk kebanggaan NKRI, dengan Timnas Senior meraih banyak tropi. Berprestasi di Asia Tenggara, Asia, dan Dunia, hanya utopia. Sulit meraih prestasi dan hanya menjanjikan mimpi dan khayalan. 

Mengapa 90 tahun PSSI hanya ada di alam mimpi untuk mewujudkan Timnas Senior tampil secara obyektif di final Piala Asia dan Piala Dunia? Bukan tampil karena ada keuntungan dan menang bidding FIFA, karena iklan-iklan saja. 

Bahkan di Asia Tenggara saja, sulit menandingi seteru lain, padahal jumlah penduduk Indonesia adalah posisi empat besar terbanyak di dunia setalah China, India dan Amerika Serikat. 

Mengapa begitu sulit PSSI memilih dan meramu penduduk Indonesia yang jumlahnya empat besar dunia? Dalam usia PSSI yang ke-90 (19 April 1930-2020), apa yang salah dengan organisasi sepak bola nasional yang semakin renta ini? 

Tidak usah saya kembali mengungkit sejarah, latar belakang, dan tujuan didirikannya organisasi yang akhirnya paten bernama PSSI, namun dalam usia yang ke-90 ini, evaluasi dan refleksi dari tak kunjungnya PSSI memberikan prestasi untuk NKRI adalah: Organisasi PSSI dan turunannya Asprov, Askab, Askot, klub dan SSB, hanya diisi oleh insan dan publik sepak bola nasional yang hanya sekadar hobi, sekadar "nyambi", sekadar praktisi, dan sekadar-sekadar lainnya. 

Lalu, ada insan dan publik sepak bola nasional yang serius dan tidak sekadar terjun, namun karena ada motivasi lain, yaitu sebagai kendaraan politik, kepentingan diri, kelompok, dan golongan. Tidak ikhlas untuk sepak bola. 

Lebih parah, organisasi sepak bola dari PSSI hingga turunannya juga dikelola dengan "asal jalan". Siapa saja insan dan publik sepak bola nasional bisa duduk di dalam organisasi dan cara duduknya juga penuh dengan intrik, taktik, dan politik karena tujuannya hanya untuk "kendaraan". 

Sudah begitu, prasyarat mutlaknya tidak pernah terpenuhi, yaitu cakap dan mumpuni dalam ilmu manajemen berorganisasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun