Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jokowi Wajib Arif dan Bijak, Menyoal Calon Pimpinan Otorita

9 Maret 2020   08:18 Diperbarui: 9 Maret 2020   10:49 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: wartaekonomi.co.id

Saat negeri ini dijajah pihak asing, maka meski hanya bermodal senjata "bambu runcing", seluruh rakyat negeri ini rela berkorban raga dan jiwa demi lepas dari belenggu penjajah, dan merdeka. 

Saat para pejuang itu, dari berbagai elemen rakyat Indonesia, menghunus bambu runcing, tak pernah terpikir bila bangsa ini bebas dari mereka, maka mereka akan mengambil keuntungan demi kepentingannya sendiri. 

Tidak ada yang berkomplot, tidak ada yang berkelompok, tidak ada perbedaan kaya miskin, tidak ada perbedaan suku, ras, dan agama, semua rakyat bersatu, berjuang atas nama bangsa, mengusir penjajah. 

Pun setelah mereka berhasil mengusir penjajah, tidak pernah tersiar kabar ada yang mengaku-aku sebagai pahlawan di siang bolong. Bahkan para pejuang yang telah gugur pun juga tak pernah berpikir akan di semati gelar pahlawan. 

Itulah satu di antara kisah bagaimana rakyat Indonesia membebaskan diri dari penjajah dalam arti sebenarnya, sehingga bangsa ini merdeka dan berdirilah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Setelah bangsa ini merdeka, dan berdaulatlah NKRI, ternyata, berikutnya, penjajah "model baru" justru hadir dari dalam negeri sendiri. 

Mirisnya, penjajah model baru itu, bukan rahasia lagi, mereka adalah justru para elite partai politik yang diamanahkan oleh rakyat duduk di kursi parlemen dan kursi pemerintahan. 

Setelah rakyat dapat membaca dan memahami bahwa selama ini, para pemimpin bangsa dan negara ini hanyalah aktor-aktor utusan partai politik, dan partai politik dapat berjaya karena bersinergi dengan cukong, hingga terus lahir berbagai persoalan yang menghimpit dan mendera bangsa dan negara ini, khususnya persolan siapa yang harus menjadi pemimpin otorita ibu kota baru RI, harus dipikirkan lagi minimal seribu kali oleh Presiden Jokowi dan siapapun yang ada di balik rencana besar dan mencukongi. 

Saat Jakarta, akhirnya dipilih menjadi ibu kota RI, ke mana sekarang penduduk asli betawi? Siapa yang pada akhirnya menjadi pemimpin ibu kota? Kearifan lokal sudah tak dihargai dan dikangkangi. 

Kini, belum lagi pindah ibu kota RI terjadi, Jokowi malah menabur benih masalah yang sensitif. Putra daerah yang akan dijadikan tempat ibu kota, diabaikan, tak ubahnya Kalimantan akan dijadikan jajahan baru versi Jokowi-partai politik-cukong. 

Tak pelak, legislator Daerah Pemilihan (Dapil) Kalimantan Timur (Kaltim), Irwan, mengatakan saat ini mulai timbul keresahan dari masyarakat Kaltim setelah tersiar informasi dari Presiden menyoal soal 4 kandidat Kepala Badan Otorita Persiapan Ibu Kota Negara (IKN). baru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun