Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

IJSL dan IJL, Bidan Lahirnya APSBARI

27 Januari 2020   09:18 Diperbarui: 27 Januari 2020   12:16 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rencana pembentukan Asosiasi Pembina Sepak Bola Akar Rumput Indonesia (APSBARI) mulai disusun. 

Diskusi antara Supartono (pengamat sepak bola nasional, pengamat pendidikan nasional dan sosial) dengan Dede Supriyadi (Direktur Indonesia Junior Soccer League) dan Manajemen IJSL, berlangsung pada Minggu, (26/1/2020) di sela-sela keriuhan anak-anak pesepak bola usia dini, Pekan Kedua Kompetisi Indonesia Junior Soccer League (IJSL) di NYTC Sawangan, Depok. Diskusi lahirnya APSBARI pun, lancar berjalan. 

Sejatinya, diskusi tersebut juga akan dihadiri oleh Direktur Indonesia Junior League (IJL) Reza Lubis dan juga beberapa pihak lain, namun karena adanya kegiatan yang berbarengan, maka batal hadir. 

Meski tak Hadir, melalui sambungan telepon, Reza pun menyampaikan hal yang sama seperti yang kami diskusikan hingga tercatat beberapa identifasi sebagai latar belakang mengapa APSBARi harus lahir.

Bidan lahirnya APSBARI memang wajib dari kawah candradimukanya pembinaan dan kompetisi sepak bola usia dini, yaitu, IJSL dan IJL, khususnya di Jabodetabek, sebagai barometer pembinaan sepak bola akar rumput nasional. 

Dalam kesempatan diskusi pembuka tersebut yang santai sambil menonton anak-anak usia dini bermain sepak bola, banyak ditelurkan butir-butir solusi mengapa pembinaan sepak bola akar rumput harus didampingi dan dilindungi. 

Identifikasi masalah 

Dari beberapa identifikasi masalah yang terjadi pada pembinaan sepak bola akar rumput di antaranya, teridentifikasi bagaimana mudahnya lahir SSB, atau sejenisnya, bagaimana mudahnya seseorang menjadi pelatih SSB, bagaimana mudahnya seseorang menjadi pembina SSB dengan latar belakang yang jauh dari dunia sepak bola. 

Lalu, bagaimana mudahnya seseorang menjadi pelatih SSB hanya berbekal sertifkat pelatih sepak bola, padahal SSB mengelola siswa yang sama seperti sekolah formal, dan pelatih adalah guru. 

Seharusnya, tidak mudah untuk seseorang menjadi pelatih SSB, apalagi bila tak memiliki kualifikasi, meski sebagai mantan pemain sepak bola. 

Lucunya festival, turnamen, hingga kompetisi antar SSB, yang campur-baur. Ada SSB yang asli pembinaan murni, ada SSB yang pemainnya seleksi, ada SSB yang pemainnya cabutan atau tarkam, ada SSB yang sukanya mengambil siswa/pemain dari SSB lain, ada SSB yang merasa menjadi anggota asosiasi ini dan itu, namun tenyata ikut dalam kompetisi yang sama mesti tetap dengan nama gaya-gayaan semacam akademi, soccer-soccer-an, dan sejenisnya, meski tempat, cara, dan segala bentuk pembinaannya juga sama seperti SSB pada umumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun