Mohon tunggu...
Sabrul Jamil
Sabrul Jamil Mohon Tunggu... Programmer - Seorang suami, dan ayah dari empat orang anak

Seorang ayah dari 4 anak, yang hobi mencermati dunia pendidikan dan keluarga. Blog pribadi http://sabruljamil.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nasihat Covey dan Pengemudi Taksi Online

20 November 2016   08:33 Diperbarui: 20 November 2016   09:21 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendiang Stephen Covey pernah menulis bahwa manusia bebas menentukan tindakan mereka, tapi tidak bebas menentukan konsekuensi dari tindakan tersebut. Beliau mengilustrasikan, saat kita mengangkat satu ujung tongkat, kita juga mengangkat ujung yang satunya lagi. Beliau memang termasuk yang berkeyakinan bahwa manusia mempunyai kehendak bebas. (Saya lupa, kalimat ini di buku Seven Habits atau First Things First).

Tiba-tiba saya teringat kalimat tersebut saat ngobrol dengan seorang supir Taksi Online. Supir ini masih muda. Lebih muda dari saya. Masuk marga Abas (anak baru satu). Seperti kebanyak supir muda lainnya, mereka senang bercerita, dan bersikap terbuka. 

Sang supir mengaku bahwa dia telah mengambil keputusan untuk menjadi supir FullTime. Dia keluar dari tempat kerjanya, ambil cicilan mobil, dan berkelana di jalanan, menjemputi para penumpang yang memesan secara online. Kenapa dia MEMILIH keluar kerja? Dia keluar kerja karena ingin bebas menentukan waktu (dan bosan diomelin bos).

Soal dimarahi bos, tampaknya dia sukses untuk menghindar. Tapi soal kebebasan waktu, menurut saya, dia tidak sebebas yang dia bayangkan. Untuk mendapatkan order, dia tetap harus bekerja di jam-jam tertentu. Jam-jam prime time yang memang banyak ordernya. Dan jam tersebut adalah pagi sekali atau malam sekali. Di luar itu, order cenderung sepi. Tentu saja dia bebas untuk tidak mengambil penumpang di jam-jam sibuk. Tapi dia akan kekurangan pendapatan. Padahal masih ada cicilan mobil yang harus dia bayar. Kita lihat? Ada banyak pilihan, dan setiap pilihan mempunya konsekuensi.

Tapi tampaknya dia oke2 saja. Itu terlihat dari cara dan ekspresi saat dia bercerita. Artinya, dia sudah siap dengan konsekuensi dari pilihannya.

Saat yang lain, saya pernah ngobrol dengan seorang pekerja outsource. Dia mengaku pernah mempertimbangkan menjadi supir online. Setelah mempelajari KONSEKUENSI nya, dia melihat bahwa dia lebih siap menjadi pekerja outsource, ketimbang menjadi supir. Salah satu konsekuensi yang tidak siap ia terima adalah 'narik' penumpang di waktu malam. 

Setiap orang memang bisa berbeda-beda menarik kesimpulan dari peristiwa yang sama.

Akan menjadi masalah bagi seseorang, jika mengambil satu pilihan, namun tidak mau menerima konsekuensi dari pilihan tersebut. Menjadi karyawan suatu perusahaan, tapi tak mau mengikuti aturan perusahaan tersebut. Menikah, menjadi suami atau istri, tapi tak mau mengambil tanggung jawab sebagai suami/istri atau ayah/ibu.  Ingin hidup sehat, tapi tak mau mengikuti cara hidup sehat.  Begitu seterusnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun