Hal ini makin membuat saya penasaran. Cara mendengarkannya sangat mudah. Cukup memasukan uang koin, kemudian tinggal pilih bahasa. Sangat jelas suara. Keren, Bahasa Indonesia. Saya bisa tahu lebih detail soal museum itu karena dijelaskan dalam bahasa Indonesia. Â Agak 'budek' juga kuping kalau mendengarkan pakai bahasa asing. Â
Komunikasi dengan Marcin Borowiecki- teman baru di apartemen Czapelska- pakai bahasa Inggris. Terkadang kalau 'lidah lagi kaku' saya pakai bahasa 'tarzan'. Tapi, dia tetap baik menyambut saya. Uang sewa apartamen 500 euro yang saya berikan, langsung dibelikan tempat tidur. Bukan untuk dia, malah diberikan kepada saya. Sore hari, selepas dia kerja, Marcin sering traktir saya dengan teman-temannya di pinggir sungai.
Selidik punya selidik, penggunaan Bahasa Indonesia di museum tersebut, ternyata lantaran hubungan diplomatik Indonesia dan Polandia yang terjalin sejak 1950. Ketika Polandia mengakui kedaulatan RI. Kabarnya Presiden pertama Indonesia, Soekarno, saat berkunjung ke Polandia dan bermalam di Istana Wilanowie.
Istana ini terletak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Warsawa di daerah Wilanow. Berdasarkan cerita warga lokal, tempat ini merupakan istana para raja Polandia.
Enam tahun kemudian, Polandia membuka kedutaan besarnya di Jakarta. Sedangkan Keduataan Besar Republik Indonesia di Warsawa dibuka pada 1960 setelah kunjungan Presiden Soekarno ke Polandia pada 1959. Â Polandia sangat menghargai negara-negara sahabatnya. Bahasa Indonesia -- satu dari tiga negara Asia (Cina dan Jepang) pun digunakan dalam Museum bersejarah itu di negaranya. ***