Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mother Earth

22 Januari 2021   19:29 Diperbarui: 22 Januari 2021   19:37 2010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ibu Pertiwi (IG @yande_zetia)

Ibumu, Ibumu, Ibumu. Lalu, Ayah-mu.

Mendengar kata atau melihat laut, atau samudera, atau pantai, yang tertambat di hati adalah Ibu. Debur ombak lautan mengingatkan pada degub jantung Ibu, saat kita di dalam dekapannya. Mengambil sari pati alam semesta jasadi Ibu, maupun kelembutan-kelembutan kecil berukuran super nano nano nano mikro jagad raya dan seluruh bintang gemintang. Pun, saat kita masih berbalut cairan ketuban.

Ibu kita adalah penyambung energi semesta terdekat dengan kita bahkan sejak dini kala. Ada plasenta, dan ada sambung rasa. Begitu uniknya hubungan kita dengan manusia lain yang "menggendong kita kemana-mana selama kurang lebih sembilan bulan".

Di semesta raya ini, kita juga mengenal Ibu Bumi. Mother earth. Ibu Pertiwi. Dia lah rahim kita. Rahim, bersifat penyayang.

Kasih Ibu kepada beta.
Tak tertingga sepanjang masa.
Hanya memberi tak harap kembali.
Bagai Sang Surya menyinari dunia.

Samudera Raya. Seluas hati Ibu.
Terima kasih, Ibu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun