Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kopi dan Kekasih

17 Januari 2021   21:21 Diperbarui: 17 Januari 2021   21:24 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kopi Arabika (Arabicocoffee.com)

Dulu aku membencinya. Persis seperti benciku pada raut muka putih manis saat berpapasan denganku di tangga pintu masuk kantor yang semula sepasang matanya memandang padaku dan detik berikutnya saat kuberikan senyum paling ramah dan sopanku kepadanya, tiba-tiba sorot matanya memandang pada Homo sapiens lain dengan gender laki-laki, sama sepertiku, yang muncul dari antah berantah.

Saat itu aku merutuknya. Seperti Gajah Mada, aku bersumpah nggak akan lagi-lagi tersenyum pada gadis manis berlesung pipit anak baru di divisi sebelah, sebelum ia duluan menyapaku. Seperti itu juga serapahku pada 'dia'.

Dulu aku membencinya. Sangat benci padanya. Pada kopi yang hanya bisa menggoda iman dengan aromanya yang aduhai, namun setelahnya, lambungku akan berontak karena imunitasnya terhadap kafein jebol berantakan.

Tapi sekitar beberapa bulan yang lalu, seorang barista setengah baya, yang juga punya masalah lambung sepertiku, mengajakku mencicipi kopi Arabika. Itupun setelah segelas teh Rosella terhidang dan hampir habis setengahnya. Meyakinkanku, yang keukeuh untuk menghabiskan teh Rosella panas saja. Meyakinkanku, yang akhirnya mencicipi affogato pertamaku  dengan cecapan hati-hati dan sangat perlahan seolah-olah bila sedikit saja kutingkatkan intensitasnya, maka diriku akan meledak dan hancur berkeping-keping.

Dulu, aku membencinya. Menyerapahinya.

Lalu kini, pada level tertentu, aku membutuhkannya. Semoga tidak pada taraf ketagihan yang luar biasa. Seperti kini, tawa gadis manis putih manis berlesung pipit itu dan sorot mata jenakanya, menghiasi meja kerjaku, ukuran 5R, dalam bingkai berwarna abu-abu, di sisi layar monitor.


22:22
Setelah Senin yang macet seperti biasa.
(Dikemas ulang pada 17 Januari 2021)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun