Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

'Munthu'

4 Maret 2019   16:52 Diperbarui: 4 Maret 2019   17:37 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://terlaris.aseanpriceblog.org

'Cowek lan munthu'. Tepatnya begitu. Namun berhubung bahasa persatuan kita adalah bahasa Indonesia, maka saya tulis terjemahannya: cobek dan ulekan batu.

Begitulah, sejak berpindah koordinat  dan memiliki dapur yang mungil sempurna sebagaimana diriku yang mungil dan sempurna sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (mohon dibaca sebagai ucapan syukur atas takdir lahir sebagai manusia, dan tidak dibaca sebagai sebuah ungkapan kesombongan), maka saya sampai pada tahapan perlu 'cowek lan munthu'. 

Supaya apa?
Supaya bisa bikin sambal bawang.
Supaya bisa bikin bumbu lodeh yang pake kemiri.
Supaya bisa bikin rawon yang wajib ada keluweknya.
Supaya bisa bikin sambel terasi.
Supaya bisa bikin bumbu tempe goreng lengkap dengan ketumbar.
Supaya bisa bikin bumbu halus untuk telur dadar.
Supaya bisa bikin bumbu handmade tahu campur, yang mana daripadanya saya memerlukan untuk menggerus kacang tanah goreng, garam secukupnya, terasi, cabe rawit, cabe merah keriting, bawang putih, dan setiup cinta. Jadilah tahu campur kesukaan Anak Lanang.

Maka, saya pun memperjalankan diri ke pasar terdekat yang sayangnya adalah tempat penampungan sementara Pasar Blok A. Berkeliling pasar, bertanya kesana kemari, berputar lagi dan berputar lagi. 9000 langkah kaki dan sekian ribu kalori terbakar. Untungnya saya bersendal jepit, sehingga telapak kaki tak semenjerit bila mengenakan sepatu dengan hak minimal lima senti.. Tapi 'cowek lan munthu' batu tak kutemukan. Ada 'cowek'-nya saja tanpa 'munthu'. 'Lha piye to ki?' Seperti 'tumbu' tanpa tutup. Seperti lingga tanpa yoni. Saya 'teh' memerlukannya dalam kondisi sejodoh 'atuh'.

Kembali dengan tangan hampa. Eh, nggak juga sih. Tangan saya menenteng satu tas plastik keresek di kiri dan satu tas plastik keresek di kanan. Isinya? Pisang kepok. Tomat ijo. Cabe ijo besar. Cabe rawit. Lada putih bubuk. Dan tahu putih besar menul-menul cantik sekali. Itu di tangan kiri. Di tangan kanan? Buah Duku satu kilo. Tapi tanpa 'cowek lan munthu'.

Ketika sampai di rumah, dan gadget sudah mendarat sempurna di tangan kiri, akhirnya saya buka aplikasi berwarna hijau berbentuk tas belanjaan dengan dua mata bola dan paruh kecil. Seperti burung hantu. Iya, nggak salah. Bagi kalian-kalian yang sudah hapal dengan ikon burung ijo itu, saya buka aplikasi Tokopedia. Bukan Bukalapak. Eh, bukan karena saya ikut gerakan masif unistall Bukalapak lho (meskipun ikutan geli dengan plesetan Lupabapak).

Dalam satu screen sengaja saya kumpulin jadi satu: Tokopedia, Bukalapak, Blanja, Dekoruma, Shopee, Blibli, Carousel, Sayurbox, bahkan Tiket.c**, Ace, Informa, IKEA. Sebagai konsumen, saya berhak dapetin harga terbaik dan barang terbaik dari item yang kita perlukan, dari manapun marketplace-nya bukan? Dengan Tokopedia, selama ini saya sudah bikin track record untuk pembelian media tanam, pot bunga, aneka jenis taneman (Mandevilla, Mawar, Melati, Matahari, Kelor, Kenanga, Moss Rose, Melati Belanda, Pandan, Sereh, Zinnia, dll), dispenser air minum, colokan sekaligus fitting lampu, kursi, rak mungil, dan .... apalagi ya? Banyak deh. Kali ini saya berharap bisa dapetin 'cowek lan munthu' dari warung onlen.

Dan, voila ...!
'Cowek lan munthu' akhirnya kudapat juga dari olshop. Dikirim hari itu juga. Batu asli. Sekarang saya punya 'cowek lan munthu'. Sedang kurendam air. Katanya biar semakin sip pas dipake nanti.

Jadi kalau saya lagi gemes, bisa juga 'cowek dan munthu'-nya saya pake buat nguleg orang-orang nggak mutu yang bikin saya gemesssss.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun