Mohon tunggu...
Siti Yuliani
Siti Yuliani Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Jepang

Hobi saya menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

TEKWAN: Pembelajaran Berdiferensiasi Media OJAD, Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jepang

3 Desember 2022   07:05 Diperbarui: 3 Desember 2022   07:44 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TEKWAN: STRATEGI JITU DALAM PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DENGAN BERBANTUAN MEDIA OJAD (ONLINE JAPANESE ACCENT DICTIONARY) PADA MATA PELAJARAN BAHASA JEPANG

Oleh: Siti Yuliani, S.Pd.

SMKN 1 Cilacap

 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran abad 21 merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Pembelajaran abad 21 menuntut siswa harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh siswa apabila guru mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang siswa untuk bernalar kritis dalam memecahkan masalah. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan konsep pembelajaran abad 21 adalah pembelajaran berdiferensiasi.

 Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Guru harus bisa menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksplorasi pengetahuannya dengan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan bisa mengakomodasi semua kebutuhan belajar siswa yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Misalnya, pada pembelajaran bahasa Jepang.

Bahasa Jepang merupakan salah satu mata pelajaran bahasa asing yang diajarkan di SMKN 1 Cilacap. Bahasa Jepang memiliki perbedaan dengan bahasa Indonesia, diantaranya mengenai huruf yang digunakan, pola tata bahasa, sistem pelafalan, dan lain-lain. Huruf yang digunakan dalam bahasa Jepang adalah huruf kanji, hiragana dan katakana yang sama sekali berbeda dengan huruf latin yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Selain itu, pola tata bahasa Jepang menggunakan sistem SOV (Subjek, Objek, Verba) yang berbeda dengan bahasa Indonesia yang memiliki pola SVO (Subjek, Verba, Objek). Kemudian, sistem palafalan dalam bahasa Jepang juga berbeda dengan bahasa Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedan tersebut menjadikan sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa Jepang. Berikut adalah permasalahan yang penulis temukan pada saat pembelajaran bahasa Jepang di kelas diantaranya sebagai berikut.

Pertama, kesulitan siswa dalam melafalkan kosakata bahasa Jepang, sebab ada beberapa kosakata yang menurut para siswa mirip pengucapannya, misalnya pada kata “Kouchoushitsu” yang artinya ruang kepala sekolah, dengan kata “Kyoushitsu” yang artinya ruang kelas, kata “Toshoshitsu (ruang perpustakaan) dengan kata “Shokuinshitsu” (ruang guru). Selain itu, pada kata “Ichi” (satu) dan kata “Shichi” (tujuh).

Kedua, sebagian besar siswa seringkali membaca kata yang seharusnya dibaca panjang menjadi pendek, misal pada kata “Ohayou” dibaca menjadi “Ohayo”, kata “Gakkou” dibaca menjadi “Gako”, lalu pada kata “Houki” dibaca menjadi “Hoki”. Sebaliknya, siswa juga membaca kata yang seharusnya dibaca pendek menjadi dibaca panjang. Misalnya, pada kata “Kokonoka” dibaca menjadi “Kokoonooka”, kata “Tokei” dibaca menjadi “Tookeii”. Selanjutnya ada beberapa kosakata yang pengucapannya keliru, seperti pada kata “Tsukue” dibaca “Tusukee”, “Sensei” menjadi “Sensai” dan lain sebagainya. Ketiga, sebagian besar siswa merasa kesulitan melakukan penjedaan pada saat mengucapkan kalimat dalam bahasa Jepang, sehingga menyebabkan aksen siswa saat berbicara menjadi tidak beraturan.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, penulis telah melakukan analisis pemetaan kebutuhan belajar siswa dengan angket yang disebarkan melalui googleform. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kesiapan belajar siswa dan gaya belajar sesuai karakteristik siswa. Berdasarkan hasil angket tentang gaya belajar siswa diperoleh data bahwa ada sebanyak 40% siswa dengan gaya belajar visual, 25% siswa dengan gaya belajar auditori, 20% siswa dengan gaya belajar kinestetik dan 15 % siswa dengan gaya belajar visual-kinestetik. Data tersebut menunjukkan bahwa adanya keragaman karakteristik siswa yang ada di kelas.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, penulis telah melakukan inovasi dalam pembelajaran bahasa Jepang, yakni dengan menggunakan strategi TEKWAN dalam pembelajaran berdiferensiasi dengan berbantuan media OJAD (Online Japanese Accent Dictionary) pada mata pelajaran bahasa Jepang. TEKWAN merupakan singkatan dari Tumbuhkan Minat, Ekspresikan, Kolaborasi, Waktunya bermain dan beraksi, Apresiasi dan Evaluasi, dan Nikmati segala prosesnya. Strategi TEKWAN dipadukan dengan pembelajaran berdiferensiasi dengan berbantuan media OJAD (Online Japanese Accent Dictionary) dengan harapan dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun