"Bu, mulai sekarang kurangi mengonsumsi sampah ya." Ujar sang suami yang tepat di hari itu tersadar oleh murid yang baru memasuki Sekolah Menengah Atas.Â
Ibu itu masih diam tak ada balasan dengan ujaran suaminya.Â
"Kita sedang merangkai rencana bencana yang akan kita alami sendiri, Bu." Lanjut sang suami.Â
"Bagaimana maksudnya, Pak?" Tanya isterinya yang terlihat kebingungan.
Di jelaskanlah kejadian tadi, saat dirinya melakukan dengan sering membuang sampah di sungai, dan sampai pada akhirnya ia tersadar.Â
"Benar sekali Pak kata anak itu. Kita seharusnya menjaga dan berpikir lebih jauh dengan apa tindakan kita terhadap bumi ini yang mengakibatkan hal besar, dan diri kita sendiri pun yang menanggungnya." Seorang Ibu-ibu itu pun akhirnya sama-sama tersadar.
Dengan mengurangi konsumsi barang yang menjadi sampah, lambat laun Ibu yang berstatus isteri ini menjadi pedoman bagi tetangganya. Desa itu tersadarkan. Dan alangkah indahnya jika di seluruh desa terjadi demikian. Amat baik untuk dirinya sendiri, pun berdampak baik untuk bumi dan anak cucunya nanti.
*Jika tidak bisa mengurangi, setidaknya jangan memperbanyak.*
Stop!
Sopan santun telah diajarkan sejak sedari kecil. Sopan kepada yang lebih tua, kepada sesama, dan kepada tuan rumah. Bumi ini, bagaikan tempat tinggal yang tuan rumahnya selalu merapikan didalamnya. Tuan rumah itu ada sebelum tamu. Begitupun dengan hewan, tumbuhan, air, tanah, udara yang diciptakan lebih awal daripada kita, manusia.